Tiap hari bermilyar foto yang diunggah ke internet memuat banyak foto wajah orang. Para pakar mengatakan, dengan menggunakan algoritma canggih, berbagai badan keamanan negara dan bahkan juga peretas komputer bisa mendapat informasi yang terkait foto orang tertentu.
Teknologi pengenalan wajah banyak digunakan dalam kehidupan modern ini. Ada yang dipakai untuk membuka telepon pintar, untuk membuka pintu rumah tanpa menggunakan kunci, dan bagi petugas keamanan bandara untuk memeriksa apakah paspor yang ditunjukkan memang kepunyaan orang tertentu.
Polisi juga bisa menggunakan teknologi pengenalan wajah itu untuk mencari orang-orang yang dicurigai, dari ribuan atau jutaan foto yang tersimpan dalam database.
(Baca juga: Narsisme Visual di Instagram Berdampak Buruk Bagi Kesehatan Mental)
Kini, sebuah perusahaan Israel mengatakan telah menemukan cara untuk mencegah penyalahgunaan data terkait foto yang diperoleh lewat internet.
Kamera-kamera pemindai yang banyak terdapat di tempat umum siang dan malam mengumpulkan foto orang-orang yang lewat dimukanya, dan apabila terjadi kejahatan di kawasan itu, polisi bisa dengan cepat mengetahui siapa pelakunya.
Tapi kalau bukan kamera polisi, ribuan atau jutaan pemilik telpon pintar juga selalu mengunggah foto mereka tiap hari lewat internet, dan dengan menggunakan algoritma tertentu, seorang peretas bisa mengetahui data-data pribadi orang yang bersangkutan. Ini membuat kehidupan kita tidak aman, karena ada saja kemungkinan orang jahat yang akan memanfaatkan foto-foto itu.
Beda dengan email, yang bisa dibuka dengan menggunakan password atau kata sandi, yang bisa diubah sewaktu-waktu, kita tidak bisa mengubah wajah kita, kecuali dengan bedah plastik, barangkali.
(Baca juga: Bukannya Anti Sosial, Kecanduan Smartphone Justru Bisa Menyebabkan "Hyper Sosial")
Kata Gil Perry, pemilik perusahaan perangkat lunak yang bernama D-ID, ia telah membuat algoritma yang bisa mencegah sistem intelijen cerdas untuk membongkar identitas foto tertentu.
“Algoritma itu akan menipu perangkat lunak yang digunakan untuk mengenali wajah seseorang. Kalau dilihat sepintas dengan kasat mata, dua buah foto yang dibandingkan akan tampak sama, tapi program intelijen cerdas yang digunakan tidak bisa memastikan apakah kedua foto itu menunjukkan orang yang sama.”
Tapi pakar keamanan dunia maya Yuval Elovici mengatakan, tidak semua orang bisa memanfaatkan perangkat lunak canggih itu, karena “kita tidak bisa memaksa semua orang untuk menggunakan teknologi ini sebelum mengunggah foto mereka ke internet.”
Perusahaan D-ID sedang menyusun program baru untuk mencegah penggunaan teknologi pengenalan wajah oleh orang-orang yang tidak berhak, yang mungkin menggunakannya untuk maksud-maksud jahat.
Artikel ini pernah tayang di voaindonesia.com. Baca artikel sumber.