Earth Hour, Listrik Bandara I Gusti Ngurah Rai Dimatikan Selama Satu Jam

By , Minggu, 25 Maret 2018 | 10:00 WIB

Tepat pukul 20.30 WITA, listrik di beberapa titik Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, dipadamkan hingga satu jam mendatang. Ini dilakukan dalam rangka memperingati Earth Hour 2018, Sabtu (24/3).

Dalam upayanya mengurangi pemanasan global dan dampak perubahan iklim, PT Angkasa Pura I (Persero) mendukung kampanye global “Switch Off Earth Hour 2018” yang diinisiasi oleh organisasi lingkungan hidup dunia World Wildlife Fund (WWF).

“Dunia kita semakin sulit. Konon dibutuhkan 1,5 Bumi untuk memenuhi kebutuhan kita. Oleh karena itu kita harus melakukan penyelamatan. Salah satunya dengan menghemat energi,” kata Ramdan Pradana, Vice President Airport Service PT Angkasa Pura I.

(Baca juga: Rampok Plastik, Saat Turis Asing Diminta Menukarkan Kantung Plastiknya dengan Tote Bag)

Ada beberapa titik di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, yang dipadamkan listriknya. Yakni, pada pintu masuk, board name bandara, beberapa lampu jalan dan tenant.

Wawan Ridwan, Direktur Program Coral Triangle WWF Indonesia, mengatakan, meskipun hanya dilakukan di beberapa titik dan selama satu jam, namun aksi Switch Off ini bisa memberikan dampak positif pada Bumi yang semakin sakit.

“Bagi masyarakat Bali, memadamkan lampu satu jam ini mungkin tidak ada apa-apanya. Minggu lalu, kami merayakan Nyepi, kondisinya gelap total dan mematikan listrik pun seharian penuh.

Meskipun begitu, dari momen Switch Off Earth Hour 2018 ini, yang harus kita pelajari adalah bagaimana upaya satu jam ini bisa menjadi komitmen kita agar ke depannya semakin menghemat listrik. Padamkan apabila tidak digunakan,” papar Ridwan.

(Baca juga: Dukung Earth Hour, Angkasa Pura I 'Padamkan Listrik' 13 Bandara)

Selain, I Gusti Ngurah Rai, ada 12 bandara lain di bawah naungan PT Angkasa Pura I yang juga melakukan pemadaman listrik selama satu jam untuk mendukung Earth Hour 2018.

Di antaranya, Bandara Juanda (Surabaya), Sultan Hasanuddin (Makassar), SAMS Sepinggan (Balikpapan), Adi Soemarmo (Solo), Ahmad Yani (Semarang), Adisutjipto (Yogyakarta), Sam Ratulangi (Manado), Bandara Internasional Lombok, El Tari (Kupang), Pattimura (Ambon), Syamsudin Noor (Banjarmasin) dan Frans Kaisiepo (Biak).