Sahabat,
Detak waktu berjalan begitu cepat. Bumi senantiasa berubah setiap kali kita membuka mata saat terbit fajar. Setiap hari adalah hari yang baru.
Hari ini National Geographic Indonesia merayakan 13 tahun penjelajahan di Nusantara. Kami begitu bangga menjadi media yang mewarnai negeri ini lewat kekuatan sains, penjelajahan, dan cara bertutur yang mengubah dunia.
Di sebuah vila tua peninggalan pejabat VOC di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membubuhkan tanda tangan pada sampul pertama National Geographic Indonesia. Gempita acara pada 28 Maret 2005 itu menandai peluncuran edisi April 2005, yang menampilkan cerita sampul temuan fosil manusia kate (Homo floresiensis) di Liang Bua, Flores.
Kita menyukai penjelajahan. Sejak nenek moyang kita meninggalkan Afrika sekitar 60.000 tahun silam, dorongan untuk melintasi batas pengetahuan manusia telah membentuk kebudayaan kita. Tampaknya, kita mewarisi jiwa nenek moyang yang tak lelah mengembara.
Selama perjalanan ini kami telah menjelajahi sudut-sudut Nusantara untuk menyingkap sisi geografi, ilmu alam, promosi pelestarian lingkungan, studi budaya, dan sejarah. Perjalanan menapak tilas Junghuhn di Jawa, mengamati tingkatan sosial Yaki di Sulawesi, migrasi burung, mengagumi riwayat Raden Saleh, berburu benih demi kedaulatan pangan, mengisahkan kesetaraan untuk semua manusia, mengarungi nasib sungai, menyingkap peradaban masa klasik Nusantara, hingga kisah para peneliti yang menggeratak bangkai kapal di dalamnya lautan.
Kisah penjelajahan tentang alam semesta ini sebagian didanai oleh keanggotaan Anda sebagai pelanggan setia majalah National Geographic Indonesia.
Terima kasih atas dukungan dari para pembaca dan mitra dalam menginspirasi semua orang untuk lebih peduli pada nasib planet ini. Perjalanan belumlah berakhir. Bersama waktu yang berdetak, kami menyampaikan kabar perubahan semesta kepada Anda.
Selamat ulang tahun National Geographic Indonesia!