Perempuan Pendaki Indonesia Siap Mendaki Everest, Puncak Tertinggi di Bumi

By , Jumat, 30 Maret 2018 | 14:00 WIB

Dua putri pendaki Indonesia, Fransiska Dimitri Inkiriwang (24) dan Mathilda Dwi Lestari (24), bertolak ke Kathmandu, Nepal, dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, pada Kamis (29/3/2018) malam, untuk mendaki Everest. 

Diiringi doa serta harapan dari orang tua agar mereka berhati-hati dalam melakukan pendakian, kedua pendaki yang tergabung dalam tim the Women of Indonesia's Seven Summits Mahitala Unpar (WISSEMU) ini akan menuntaskan rangkaian pendakian mereka untuk mendapatkan gelar "seven summiteers".

Baca juga: Beragam Bahasa Asli Australia Ternyata Berasal Dari Sumber yang Sama

Peralatan pendakian masuk di dalam daftar perlengkapan yang harus dibawa oleh tim pendaki WISSEMU dari tanah air,Fransisca Dimitri Inkiriwang (kiri) dan Mathilda Dwi Lestari, keduanya berusia 24 tahun saat menggapai puncak Everest. (National Geographic Indonesia/Titania Febrianti)

Seven Summiteers sendiri adalah titel bagi para pendaki yang berhasil menjejakkan kaki di puncak 7 gunung tertinggi di 7 lempeng benua di dunia, yaitu puncak Everest di perbatasan antara Nepal dan Tiongkok (Wilayah Otonom Tibet), puncak Ndugu Ndugu atau Carstensz Pyramid di Papua, puncak Elbrus di Rusia, puncak Kilimanjaro di Tanzania, puncak Aconcagua di Argentina, puncak Vinson Massif di Antartika, dan puncak Denali di Amerika Serikat.

Everest yang terletak dalam rangkaian Pegunungan Himalaya sebagai gunung pamungkas, akan mereka daki dalam rentang waktu April hingga Mei 2018. Jalur yang akan ditempuh oleh tim WISSEMU adalah melalui sisi utara di wilayah Tibet, Tiongkok.

Menurut para pendaki tim WISSEMU ini, medan di jalur utara Everest relatif lebih aman dibandingkan dengan sisi selatan yang berada di wilayah Nepal, tempat terdapatnya Khumbu Icefall yang merupakan medan pendakian yang berbahaya.

Di Khumbu Icefall, gletser yang tersohor di Everest ini terus bergerak menciptakan rekahan-rekahan yang harus diseberangi dengan tangga, dan kolom-kolom es yang disebut serac yang berisiko runtuh setiap saat. Terutama pada siang hari, saat mentari sedang terik menerangi bumi.

Pendakian melalui jalur utara Everest ini, "akan memakan waktu sekitar 57 hari," ungkap Fransiska dalam acara #DengarYangMuda yang diselenggarakan oleh Staf Khusus Presiden di Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, sebelum tim WISSEMU bertolak ke bandara. 

Baca juga: Rumah Apung Warna-Warni Milik Imigran Vietnam di Kamboja

Melalui Diaz Hendropriyono, Staf Khusus Presiden RI, Presiden Joko Widodo turut mendoakan WISSEMU agar berhasil mencapai cita-cita dan memenuhi mimpinya. Diaz juga berharap agar WISSEMU berhasil menjadi role model bagi perempuan Indonesia.

Rencananya, puncak Everest akan mereka gapai pada pertengahan Mei 2018. Selain mendapat dukungan utama dari BRI, dan dukungan dari PT Multikarya Asia Pasifik Raya, pencapaian kebutuhan dana juga terus dilakukan oleh tim pendukung WISSEMU dengan melakukan berbagai kegiatan, antara lain melalui penggalangan dana di kitabisa.com/puncakke7.