Spesies Katak Terbaru Ditemukan di Venezuela dan Kolombia

By , Senin, 2 April 2018 | 16:00 WIB

Para ilmuwan di Venezuela dan Kolombia berhasil mengidentifikasi spesies katak terbaru di pegununungan Perija yang merupakan rumah bagi spesies tidak biasa seperti amfibi kecil ini.

Dengan kulit multi warna dan suara yang khas, Hyloscirtus japreria ditemukan dalam ekspedisi satu dekade terakhir. Ekspedisi ini dilakukan untuk menemukan spesies yang hidup di sungai dan air terjun dengan ketinggian di atas 1000 meter.

Nama katak terbaru ini diberikan untuk menghormati Japreria, etnis asli di wilayah Perija yang telah menghilang.

(Baca juga: Primata Langka yang Terancam Punah Lahir di Kebun Binatang Yerusalem)

Penemuan yang dipublikasikan pada jurnal ilmiah Zootaxa ini, membawa 37 spesies yang memiliki genus Hyloscirtus.

Ukuran spesies katak terbaru ini cukup kecil, hanya 2,8 hingga 3,2 sentimeter untuk pria. Sementara, katak wanita berukuran 3,5 hingga 3,9 sentimeter.

Penjelajahan penemuan ini dimulai pada 2008.

“Beberapa tahun berlalu sebelum kami menemukan cukup bukti bahwa ia adalah spesies baru,” kata Fernando Rojas-Runjaic, ahli biologi sekaligus pemimpin penelitian, kepada AFP.

“Saat peneliti menyatakan bahwa ia adalah katak sungai, kami harus memverifikasi bahwa spesies ini bukan Hyloscirtus platydactylus yang ditemukan di Perija pada 1994,” tambahnya.

Fernando dan rekannya lalu merekam penemuan ini dengan kamera berteknologi tinggi untuk menangkap warna yang khas, juga merekam dan menganalisis suaranya.

(Baca juga: Kecoak Memang Makhluk yang Kuat dan Ajaib, DNA Mereka Membuktikannya)

Menurut Edwin Infante, salah satu anggota ekspedisi, suara yang dikeluarkan Hyloscirtus japreria merupakan karateristiknya yang paling khas dan dapat didengar sejauh 15 meter.

Ciri lainnya adalah punggungnya yang berwarna kuning pucat dengan bintik-bintik cokelat kemerahan kecil. H. japreria juga memiliki garis putih di area tertentu seperti mata, kuping, paha dan kaki. Iris katak ini berwarna abu-abu.

Untuk mencapai habitat spesies baru ini, dibutuhkan ekspedisi selama beberapa hari dengan berjalan kaki ke pegunungan Perija.

Fabio Meza-Joya yang juga terlibat dalam penelitian ini menekankan bahwa amfibi berperan penting pada ekosistem – bertindak sebagai regulator bagi populasi serangga yang bisa menjadi vektor penyakit.