Lacak Pergerakan Hiu Paus, Tubuh "Susi" Dipasang Tag Satelit

By , Selasa, 3 April 2018 | 10:00 WIB

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Conservation International (CI) Indonesia, Pemerintah Daerah Kabupaten Kaimana, dan Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC), memasang tag satelit finmount pada seekor hiu paus betina berukuran 6,2 meter untuk pertama kalinya di Kaimana, Papua Barat, Jumat (6/3/2018) lalu.

Ini dilakukan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan survei untuk mempelajari pola migrasi hiu paus yang terancam punah. Tujuannya, agar bisa meningkatkan perlindungan dan pengelolaannya di Indonesia.

Agregasi hiu paus di Indonesia, kebanyakan didominasi oleh hiu paus jantan muda.  Perbandingan hewan jantan dan betina mencapai 40:1.

(Baca juga: Rariphotic, Zona Laut Baru Berisi Puluhan Ikan Misterius)

Hingga kini, penjelasan ilmiah tentang fenomena tersebut masih minim. Namun, para peneliti berasumsi bahwa hiu paus betina lebih banyak menghabiskan waktunya di kedalaman perairan dibanding hiu paus jantan sehingga jarang dijumpai dan muncul ke permukaan.

Diberi nama “Susi”

Hiu paus betina yang dipasangi tag satelit ini diberi nama “Susi” – sebagai apresiasi terhadap Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, atas visi dan komitmen beliau dalam membangun sektor kelautan dan perikanan yang lebih baik.

Susi sendiri merespon positif terhadap pemberian tag satelit pada hiu paus betina tersebut. Ia mengatakan, penting sekali melakukan tagging ini untuk memberikan data ilmiah mengenai pergerakan dan ekologi hiu paus dengan lebih baik. Selama ini, informasinya masih sangat minim di Indonesia.

Data terakhir “Susi” di Perairan Kaimana tanggal 23 Maret 2018, pukul 06:24 WIT. (Conservation International Indonesia)

“Pada akhirnya, ini akan mendukung upaya-upaya perlindungan populasi hiu paus di Indonesia, serta menjadi masukan terhadap peraturan perundangan dalam rangka meningkatkan perlindungan dan pengelolaan spesies, serta pengembangan pariwisata berbasis hiu paus di Indonesia,” ungkapnya.

Brahmantya Satyamurti Poerwadi, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut pun menyampaikan hal yang sama. “Perlindungan hiu paus sangat penting karena ia rentan mengalami kepunahan. Juga karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, khususnya bagi pariwisata dan kesehatan ekosistem laut,” paparnya.  

(Baca juga: Primata Langka yang Terancam Punah Lahir di Kebun Binatang Yerusalem)

Sejak tahun 2015, KKP telah bekerja sama dengan CI Indonesia untuk memasangkan tag satelit SPLASH finmount guna memonitor dan mempelajari lebih jauh pergerakan dan perilaku hiu paus.

Sejumlah hiu paus menunjukkan data pergerakan selama dua tahun. Sebagian besar hiu-hiu ini melakukan perjalanan ribuan kilometer dan mengunjungi beberapa negara tetangga, di antaranya Australia, Filipina, Papua Nugini, Palau, dan Negara Federasi Mikronesia. Namun, kebanyakan dari mereka kembali lagi ke Indonesia.