Sebuah surat terbuka baru saja dilayangkan kepada Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) oleh 57 pakar dari 30 negara. Surat tersebut menyatakan bahwa para pakar tidak akan lagi mengunjungi atau berkolaborasi dengan universitas tersebut hingga KAIST menghentikan kerja sama dengan perusahaan senjata Hanhwa System.
Berdasarkan kabar yang diterima oleh para pakar, kerja sama ini bertujuan untuk mengembangkan senjata militer yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan. Langkah tersebut dinilai berlawanan dengan opini Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) yang berusaha mengantisipasi ancaman senjata otonom.
Artikel terkait: Kekelaman di Balik Makna Robot
Selain itu, kerja sama tersebut dianggap dapat mempercepat realisasi skenario film The Terminator yang menunjukkan bagaimana kecerdasan buatan Skynet bisa berbalik melawan manusia dalam usaha melindungi dirinya sendiri.
“Kami sangat menyesalkan bagaimana sebuah institusi bergengsi seperti KAIST berusaha mempercepat persaingan dalam mengembangkan senjata semacam ini," ujar para pakar dalam surat tersebut. Mereka melanjutkan, senjata otonom punya potensi untuk menjadi senjata teror.
Diktator dan teroris bisa menggunakan mereka terhadap populasi yang tidak bersalah, membuang semua batasan etika. “Jika sudah dibuka, kotak Pandora ini akan sulit untuk ditutup kembali,” kata mereka memperingatkan.
Lucas Apa, seorang konsultan keamanan dari firma keamanan siber IOActive, menyetujui kekhawatiran para pakar. Dilansir dari The Independent, Kamis (5/4/2018), dia memberikan contoh bagaimana sebuah malfungsi robot menyebabkan kematian seorang pekerja pabrik pada 2016.
Baca juga: Berapa Lama Manusia Bisa Bertahan di Planet Bumi?
“Seperti teknologi lainnya, kita mendapati bahwa teknologi robot tidak aman dari berbagai aspek. Sangat mengkhawatirkan bila kita sudah bergerak menuju kemampuan militer ofensif ketika keamanan sistem ini masih sangat kurang. Jika ekosistem robot masih rentan diretas, robot bisa jadi malah melukai kita,” katanya.
Menanggapi hal ini, presiden KAIST Sung Chul Shin berkata bahwa ini merupakan kesalahpahaman. “Sekali lagi saya tegaskan bahwa KAIST tidak akan melakukan aktivitas riset yang melawan kehormatan manusia, termasuk senjata otonom yang tidak memiliki kontrol manusia,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com. Baca artikel sumber.