Fosil Berusia 90.000 Tahun Ini Buktikan Adanya Migrasi Sejak Jaman Purba

By , Rabu, 18 April 2018 | 11:00 WIB

Pada masa modern ini, pergi dari satu ujung ke ujung dunia lainnya sangatlah mudah. Hanya dalam 22 jam atau kurang dari sehari, Anda bisa terbang dari Jakarta ke Toronto.

Hal ini tentunya jauh berbeda puluhan ribu tahun lalu ketika nenek moyang kita masih hidup. Bahkan hingga baru-baru ini, para peneliti mengira bahwa homo sapiens awal gagal bermigrasi ke Eurasia dan hanya mendiami hutan Mediterania.

Namun, sebuah penemuan fosil tulang jari manusia di situs Al Wusta, gurun Nefud, Arab Saudi, membantah anggapan tersebut.

Dalam laporan yang terbit di jurnal Nature Ecology and Evolution, para peneliti Max Planck Institute yang menggandeng Saudi Commission for Tourism and National Heritage, Saudi Geological Survey, King Saud University, dan Oxford University serta institusi lain di UK dan Australia untuk proyek ini menyebut temuan fosil jari sangat berharga.

Baca juga : Asal-usul Emas Misterius Berumur 2.700 Tahun Terungkap

Sebab, fosil ini diklaim sebagai fosil Homo sapiens tertua di luar Afrika, dan diperkirakan berumur 90.000 tahun.

Perkiraan usia ini diperoleh lewat teknik uranium series dating, di mana fosil dilubangi secara mikroskopik pakai laser lalu rasio antara jejak kecil elemen radioaktifnya dihitung.

Metode ini menunjukkan bahwa usia fosil 88.000 tahun, sedangkan bila menggunakan perbandingan dengan usia fosil hewan di sana dan lapisan sedimen, maka muncul usia 90.000 tahun.

Temuan ini pun menjadi petunjuk bahwa migrasi manusia modern awal ke Eurasia lebih luas dari yang dipikirkan sebelumnya.

“Temuan ini menunjukkan bahwa manusia modern awal mengekspansi Asia Barat Daya. Mereka tidak hanya mendiami Levant. Manusia awal ini mampu mengolonisasi tempat yang jauh di luar Afrika. Ini mematahkan pendapat bahwa manusia awal gagal dalam migrasi,” kata Ketua Peneliti, Dr. Huw Groucutt dari Universitas Oxford.

Baca juga : Misteri Identitas Mumi Berusia 4000 Tahun Terpecahkan

Ketua proyek, Prof Michael Petraglia dari Institut Max Planck bagian sains dan sejarah, juga berkata bahwa penyelidikan tersebut membuka pandangan baru bahwa Jazirah Arab bisa dimasukkan dalam peta evolusi manusia.

“Jazirah Arab, telah lama tidak dianggap sebagai tempat utama evolusi manusia. Penemuan ini membawa Arab masuk dalam peta wilayah kunci untuk memahami asal-usul manusia dan penyebarannya ke seluruh wilayah dunia,” ujarnya dilansir dari kompas.com.

Selain tulang jari manusia modern awal berukuran 3,2 sentimeter, para peneliti yang melakukan penggalian di bekas danau air tawar purba yang sekarang telah berubah menjadi gurun Nefud juga menemukan banyak hal lainnya, termasuk fosil hewan seperti kuda nil dan siput air tawar kecil.

Terungkap pula berbagai peralatan batu yang dipakai manusia purba. Ini seperti yang dibilang Prof Petraglia bahwa Arab menyimpan potensi untuk lebih ditekuni penggaliannya.Artikel ini telah tayang di Kompas.com. Baca artikel sumber.