Suku Sentani Menggunakan Pengetahuan Lokal untuk Membuat Perahu

By Ratu Haiu Dianee, Minggu, 23 Januari 2022 | 07:00 WIB
Suku Sentani tetap membudidayakan perahu tradisional mereka walau terdapat perahu modern yang menggunakan mesin. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id—Papua kaya akan alam yang melimpah, berbagai jenis tumbuhan tumbuh secara alami di hutan primer Papua. Karena ketersediaan alam yang melimpah, banyak masyarakat Papua yang memanfaatkannya secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan ekonomi mereka. Suku Sentani merupakan salah satu suku dari Papua yang menetap di tepi Danau Sentani, Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura.

Menurut Raynard C. Sanito mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura jurnal pada penelitiannya yang berjudul Jenis-Jenis Tumbuhan Yang Dimanfaatkan Oleh Suku Sentani Sebagai Bahan Baku Pembuatan Perahu Tradisional saat mengikuti Seminar Nasional Biologi dan Pendidikan Biologi Universitas Kristen Satya Wacana 2018, salah satu mata pencaharian dari penduduk Suku Sentani adalah Nelayan, di mana mereka sudah sejak lama menangkap ikan di Danau Sentani untuk sumber makanan atau di jual ke pasar-pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.

Suku Sentani menggunakan perahu tradisional yang mereka buat sendiri untuk membantu dan mempermudah mereka, baik dalam mencari ikan di danau maupun menjadi alat transportasi untuk menyeberang antarpulau. Meskipun sudah terdapat perahu mesin atau perahu modern sebagai alat transportasi air, Suku Sentani tetap membudidayakan perahu tradisional mereka.

Suku Sentani merancang dan membuat perahu tradisional mereka dengan memberdayakan alam dari hutan primer di sekitar tempat tinggal mereka. Bahan baku dalam perancangan dan pembuatan perahu tradisional ini adalah kayu dari penentuan kriteria berbagai jenis tumbuhan di hutan primer. Dengan berdasarkan pengetahuan lokal warisan turun-menurun dari leluhur mereka dan pengalaman yang mereka miliki sejak kecil. Suku Sentani tetap membudidayakan perahu tradisional mereka karena ingin tetap mempertahankan kekhasan budaya dari leluhur mereka.

Seorang anak yang sedang mendayung perahu tradisional Suku Sentani. Perahu tradisional Suku Sentani yang sedang diparkir pinggir danau. (Sanito)

"Terdapat 4 jenis tumbuhan yang biasa digunakan para Suku Sentani dalam membuat perahu tradisional. Jenis tumbuhan tersebut adalah Alstonia scholaris berfamili Apocynaceae, Pometia pinnata berfamili Sapindaceae, Xanthostemon novoguineensis berfamili Myrtaceae, dan Intsia bijuga berfamili Fabaceae. Kayu pulai atau kayu susu (A. sholaris) dan matoa (P. pinnata) digunakan pada bagian badan perahu, sedangkan jenis sowang (X. novoguineensis) dan merbau atau kayu besi (Intsia bijuga) digunakan pada bagian dayung perahu." Tulis Raynard pada penelitiannya. 

A.sholaris dikenal dengan nama pulai karena sering disebut sebagai kayu perahu oleh penduduk lokal yang digunakan untuk bahan baku membuat badan perahu. Sedangkan X. novoguineensis atau nama daerah dengan nama sowang, yang berasal dari bahasa Toang atau Hoang dengan arti kayu yang keras dan kuat.

Untuk mendapatkan kayu-kayu tersebut, Suku Sentani pergi ke kaki bukit dan sekitar Cagar Alam Pegunungan Cylops. Menurut pengetahuan lokal mereka, kayu pulai atau kayu susu (A. sholaris) dan matoa (P. pinnata) memiliki berat yang ringan dan sangat cocok untuk bagian badan perahu, sedangkan kayu jenis sowang (X. novoguineensis) dan merbau atau kayu besi (Intsia bijuga) yang berat dan keras cocok digunakan sebagai alat perkakas dan dayung. Tak menutup kemungkinan, kayu-kayu yang berasah dari tanaman lain dapat dijadikan sebagai dayung.

Dalam pengetahuan lokal Suku Sentani, kayu yang berat jenisnya ringan dapat digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan badan perahu tradisisonal mereka. Matoa (P. pinnata) diketahuin memiliki berat jenis yang lebih berat dan awet dibandingkan kayu pulai atau kayu susu (A. sholaris) dan keduanya lebih ringan dari kayu jenis sowang (X. novoguineensis) dan merbau atau kayu besi (Intsia bijuga). Maka dari itu Suku Sentani menggunakan kayu yang berat jenisnya lebih kecil dari berat jenis air untuk membuat perahu agar dapat mengapung di atas air.

Baca Juga: Pusparagam Cycloop: Asal-Usul Pulau Seniman Lukis di Danau Sentani