Fosil Manusia Modern Tertua di Etiopia Berusia 233.000 Tahun

By Ricky Jenihansen, Selasa, 1 Februari 2022 | 14:00 WIB
Rekonstruksi tengkorak Omo I yang ditemukan pada tahun 1967. (Alamy)

Nationalgeographic.co.id—Sekitar tahun 1960-an, ahli paleoantropologi menemukan sisa-sisa fosil Homo sapiens modern yang dikenal sebagai Omo I yang ditemukan di situs Omo Kibish dekat sungai Omo Etiopia. Perkiraan sebelumnya untuk menentukan umur fosil Omo I menunjukkan bahwa mereka berusia 197.000 tahun, tetapi penelitian baru menunjukkan setidaknya manusia modern muncul di Afrika timur setidaknya 38.000 tahun lebih awal dari yang diperkirakan para ilmuwan sebelumnya.

Kesimpulan tersebut diambil dari jejak letusan gunung berapi kolosal yang digunakan untuk menentukan penanggalan fosil Homo sapiens paling awal yang tak terbantahkan. Fosil tersebut pasti lebih tua dari letusan eksplosif besar gunung berapi Shala di Retakan Utama Etiopia yang terjadi 230.000 tahun yang lalu. Rincian penelitian tersebut telah dipublikasikan belum lama ini di jurnal Nature dengan judul "Age of the oldest known Homo sapiens from eastern Africa".

Dalam penelitian tersebut, Profesor Clive Oppenheimer dari University of Cambridge dan McDonald Institute for Archaeological Research dan rekan-rekannya mengumpulkan sampel batu apung dari endapan vulkanik dan menggilingnya hingga ukuran kurang dari satu milimeter. Dengan melakukan analisis kimia pada batu apung yang ditemukan di gunung berapi dan membandingkannya dengan lapisan abu pada sedimen di atas tempat fosil ditemukan, para peneliti dapat memastikan bahwa keduanya memiliki susunan kimia yang sama, karena itu berasal dari letusan yang sama.

Formasi Omo Kibish di selatan Etiopia. (Céline Vidal)

Hasilnya, ternyata sampel batu apung, dan lapisan abunya, berusia sekitar 233.000 tahun, itu artinya fosil Omo I yang ditemukan di bawah abu setidaknya berusia sama atau lebih tua. "Pertama, saya menemukan ada kecocokan geokimia, tetapi kami tidak memiliki usia letusan Shala," kata Dr. Céline Vidal, seorang peneliti di Departemen Geografi di University of Cambridge kepada Live Science.

Vidal mengatakan, setiap letusan memiliki sidik jarinya sendiri, kisah evolusinya sendiri di bawah permukaan, yang ditentukan oleh jalur yang diikuti magma. "Saya segera mengirimkan sampel gunung berapi Shala kepada rekan-rekan kami di Glasgow sehingga mereka dapat mengukur usia batuan. Ketika saya menerima hasilnya dan menemukan bahwa Homo sapiens tertua dari wilayah itu lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya, saya sangat bersemangat," kata Vidal.

Mungkin bukan kebetulan bahwa beberapa nenek moyang manusia yang paling awal tinggal di lembah retakan yang aktif secara geologis, kata Clive Oppenheimer, seorang ahli vulkanologi di University of Cambridge, dalam pernyataannya.

Aktivitas tektonik tersebut menciptakan danau yang menampung air hujan, tidak hanya menyediakan air tawar tetapi juga menarik hewan untuk berburu. Lembah Great Rift sepanjang 4.350 mil atau sekitar 7.000 km, di mana lembah retakan Afrika Timur hanyalah sebagian kecil, berfungsi sebagai koridor migrasi yang sangat besar, bagi manusia dan hewan yang bermigrasi dari Lebanon di utara sampai ke Mozambik di selatan.

Meskipun telah menemukan usia minimum sampel Omo I, para peneliti masih perlu menemukan usia maksimum untuk kedua fosil ini dan kemunculan Homo sapiens yang lebih luas di Afrika bagian timur. Mereka berencana untuk melakukan ini dengan menghubungkan lebih banyak abu yang terkubur dengan lebih banyak letusan dari gunung berapi di sekitar wilayah, memberi mereka garis waktu geologis yang lebih kuat untuk lapisan sedimen di sekitar tempat fosil di wilayah tersebut disimpan.

Rekan penulis, Christine Lane, ahli geokronologi di University of Cambridge mengatakan, pendekatan forensik mereka dapat memberikan usia minimum baru untuk Homo sapiens di Afrika timur, tetapi tantangannya masih tetap untuk memberikan batasan, usia maksimum, untuk kemunculan mereka, yang diyakini secara luas telah terjadi di wilayah tersebut. "Ada kemungkinan bahwa temuan baru dan studi baru dapat memperpanjang usia spesies kita lebih jauh ke masa lalu," kata Lane.

Baca Juga: Apa Jadinya Bumi Tanpa Manusia Modern? Begini Penjelasan Para Ahli