Nationalgeographic.co.id—Sebuah kejutan hadir dari hasil analisis para ilmuwan terhadap salah satu exoplanet. Mereka menemukan bahwa WASP-189 b, salah satu eksoplanet paling ekstrem yang diketahui, ternyata memiliki atmosfer berlapis seperti Bumi.
Meski eksoplanet ini memiliki kemiripan atmosfer dengan Bumi, tapi kemiripan keduanya tampaknya hanya berhenti di sana. WASP-189 b adalah dunia yang massanya dua kali lipat Jupiter dengan suhu ribuan derajat, jadi kita tidak punya peluang untuk terbang dan pindah ke sana.
Alasan mengapa eksoplanet ini begitu panas adalah karena kedekatannya dengan bintangnya. WASP-189 b mengorbit bintang hanya dalam 2,7 hari. Jarak eksoplanet ini dengan bintangnya 20 kali lebih dekat daripada Bumi ke Matahari.
Berkat kemiripan atmosfer WASP-189 b dengan atmosfer Bumi, para peneliti bisa mempelajari atmosfernya secara detail. Seperti dilaporkan di makalah yang terbit di jurnal Nature Astronomy, tim internasional telah menetapkan keberadaan besi, kromium, vanadium, magnesium, dan mangan, serta titanium oksida di atmosfer eksoplanet ini.
"Kami mengukur cahaya yang datang dari bintang induk planet dan melewati atmosfer planet. Gas-gas di atmosfernya menyerap sebagian cahaya bintang, mirip dengan Ozon yang menyerap sebagian sinar matahari di atmosfer Bumi, dan dengan demikian meninggalkan 'sidik jari' karakteristiknya," kata penulis utama Bibiana Prinoth dari Lund University dalam sebuah pernyataan seperti dilansir IFL Science.
"Dengan HARPS [pemburu planet ESO], kami dapat mengidentifikasi zat-zat yang sesuai."
Titanium oksida adalah penemuan yang sangat menarik karena telah dikaitkan dengan lapisan seperti ozon dan lapisan seperti stratosfer di planet ekstrasurya lainnya. Namun hasil pengamatan baru ini melangkah lebih jauh, menemukan bukti lapisan tambahan.
"Dalam analisis kami, kami melihat bahwa 'sidik jari' dari gas-gas yang berbeda sedikit berubah dibandingkan dengan perkiraan kami. Kami percaya bahwa angin kencang dan proses lainnya dapat menghasilkan perubahan ini."
"Dan karena sidik jari gas-gas yang berbeda itu berubah dengan cara yang berbeda, kami berpikir bahwa ini menunjukkan bahwa mereka (gas-gas itu) ada di lapisan yang berbeda – mirip dengan bagaimana sidik jari uap air dan ozon di Bumi akan tampak berubah secara berbeda dari kejauhan, karena sebagian besar terjadi di lapisan atmosfer yang berbeda," jelas Prinoth.
Ada banyak yang tidak kita ketahui tentang atmosfer planet ekstrasurya, dan bahkan atmosfer raksasa gas Tata Surya masih misterius. Studi baru ini menjelaskan bagaimana planet yang jauh ini kemungkinan tidak memiliki atmosfer lapisan tunggal dan penting untuk menghargai kompleksitas tiga dimensinya.
"Kami yakin bahwa untuk dapat sepenuhnya memahami planet ini dan jenis planet lainnya – termasuk yang lebih mirip dengan Bumi, kami perlu menghargai sifat tiga dimensi atmosfernya. Ini membutuhkan inovasi dalam teknik analisis data, pemodelan komputer, dan teori atmosfer fundamental," ujar Kevin Heng, peneliti yang turut terlibat dalam studi terbaru ini.
Baca Juga: Eksoplanet Berbatu Ternyata Lebih Beragam dan Ekostis Dari Perkiraan