Selama beberapa waktu, lahan di sekitar desa Longa Mali, Kamerun Timur, menjadi salah satu yang paling berharga di Afrika. Ia merupakan ‘mesin canggih’ yang menggerogoti tanah untuk mengambil emas murni.
Namun, saat ini, lahan tersebut sudah ditinggalkan, rusak dan berbahaya.
Sekitar seratus lubang yang dalam, ditemukan di desa. Kebanyakan dari mereka terisi air – memberikan risiko mematikan bagi anak-anak yang bermain di sana. Di lokasi lain, para penambang harus menghadapi risiko terkubur hidup-hidup saat mereka menggali lubang yang dalam dan sempit demi beberapa bintik emas.
Longa Mali merupakan satu dari puluhan tempat di Kamerun yang bergulat dengan ‘kuburan terbuka’ peninggalan perusahaan tambang. Istilah ini diberikan karena lubang bekas penambangan ini sering memakan korban.
Baca juga: 5 Fakta yang Harus Anda Ketahui Sebelum Berwisata ke Korea Utara
Menurut Forest and Rural Development (Foder), tahun lalu, setidaknya ada 47 orang yang meninggal di lokasi tambang di wilayah timur Kamerun.
Pada akhir Desember, sembilan orang berusia 18-32 tahun – termasuk wanita – tewas akibat longsor di desa Ngoe Ngoe saat mencari emas.
Eugene Phausard, pejabat di distrik Betare Oya, mendeskripsikan lokasi penambangan sebagai ‘danau kematian’. Lubang yang menganga terisi air dengan cepat setelah pompa penambangan dimatikan dan diangkut.
“Anak-anak sering berenang di sana. Mengabaikan bahaya bermain di air dengan kedalaman 30 meter,” katanya.
Perusahaan tambang
Ketika perusahaan tambang melihat biaya yang dikeluarkan melebihi laba yang didapat, mereka akan pindah ke tempat lain.
“Kegagalan untuk merehabilitasi lokasi yang ditinggalkan menjadi salah satu isu besar yang kita hadapi,” kata Gabriel Yadji, kepala wilayah kementerian pertambangan.
Berdasarkan data Foder, empat perusahaan dilarang menambang di Kamerun Timur.
Selama puncak aktivitas antara 2011 hingga 2014, diketahui ada lebih dari 100 perusahaan tambang di wilayah tersebut. Kebanyakan berasal dari Tiongkok, Korea, Kanada, Amerika, dan Afrika Selatan.
Secara resmi, 285 kilo emas digali dari Kamerun Timur pada 2017.
Berdampak pada lingkungan
Selain nyawa manusia, penambangan berlebihan telah menjadi ‘bencana ekologi’ bagi Kamerun.
Tanah yang terdegradasi, penggundulan hutan dan perubahan saluran air, telah menyapu bagian penting dari campuran ekologis.
“Orang-orang banyak yang memancing di wilayah pertambangan, padahal tidak ada ikan yang tersisa. Saluran air telah tertimbun lumpur,” kata Justin Chekoua, juru bicara Foder.
Baca juga: Kembali ke Masa Lalu: Mengenal Wajah Para Imigran Amerika Era 1917
Michel Pilo, kepala desa Mali, mengatakan, tidak ada lagi tanah yang bisa digarap. Tomat, pisang, dan singkong yang biasanya ditanam secara lokal, kini didapatkan dari tempat yang jauh. Wilayah yang biasanya digunakan untuk menanam telah dihancurkan untuk area pertambangan.
“Perusahaan tambang tidak membangun sekolah, pusat kesehatan, atau jalan raya. Mereka hanya mengeksploitasi kami,” kata Pilo.
Distrik Betaye Oya seharusnya mengumpulkan lebih dari 1,6 juta dollar AS atau sekitar 22 milyar dari royalty perusahaan tambang sejak 2014. Namun, mereka tidak menerima sepeser pun hingga saat ini.