Ikuti Workshop Merangkai Bunga Demi Peluang Bumi yang Lebih Baik

By National Geographic Indonesia, Selasa, 15 Februari 2022 | 07:00 WIB
Keberadaan bunga sebagai medium perasaan manusia lekat dengan ingar bingar dan momen sakral. Begitu pula saat pesta perayaan yang lekat dengan bunga sebagai dekorasi. (SPORADIES)

Nationalgeographic.co.id—Suatu ketika para arkeolog menemukan buket bunga berusia 2.000 tahun di piramida Teotihuacan, situs kota kuno di Mexico City. Sejatinya seberapa besar pengaruh bunga telah menginspirasi sepanjang peradaban manusia?

Willem Shakespeare mengatakan, "Bunga-bunga ini seperti kesenangan dunia," kata. Kita mengenalnya sebagai seorang pujangga mahsyur dari Inggris yang hidup hingga awal abad ke-17.

Penulis besar asal Prancis abad ke-19, Victor Hugo memiliki pandangan lain tentang bunga. Karya-karyanya yang paling terkenal adalah novel Les Misérables dan Notre-Dame de Paris. "Hidup adalah bunga dimana cinta adalah madunya," ungkapnya.

Bagaimana peradaban timur merespons keindahan bunga? "Cinta adalah ketika jiwa mulai bernyanyi dan bunga-bunga hidup Anda mekar sendiri," kata Rabindranath Tagore, pujangga dan pemikir asal India pada awal abad ke-20.

Bunga-bunga tidak bercerita, mereka menyajikan pertunjukan kepada kita. Keberadaan bunga sebagai medium perasaan manusia lekat dengan ingar bingar dan momen sakral. Begitu pula saat pesta perayaan yang lekat dengan bunga sebagai dekorasi. Sayangnya, tidak banyak manusia yang ambil perhatian tentang keberlanjutan bunga usai perayaan yang berujung menjadi limbah. Ditambah lagi dengan banyak peranti untuk merangkai bunga yang sekali pakai, bahkan sulit untuk terurai.

Tema Hari Peduli Sampah Nasional dan Zero Waste Valentine yaitu #LessWasteMoreLove. Selaras dengan tema ini SayaPilihBumi dan Sporadies ingin mengajak Anda untuk lebih menunjukan cinta kepada lingkungan melalui bunga-bunga. Bahkan, kita mengaryakan dan memperpanjang umur bunga-bunga yang hampir rusak dengan tujuan untuk mengurangi sampah.

(SPORADIES)

Melalui Online Workshop #LessWasteMoreLove, SayaPilihBumi dan Sporadies berharap masyarakat lebih peduli lagi terhadap nasib bunga-bunga setelah perayaan serta dapat menggunakan bahan-bahan pendukung yang lebih ramah lingkungan. Melalui tangan-tangan peserta workshop, bunga-bunga hasil perayaan tersebut dapat mekar kembali dalam bentuk karya lain yang indah dan menggunakan bahan pendukung yang lebih ramah lingkungan.

“Keberadaan bunga sebagai medium perasaan manusia lekat dengan hingar bingar dan momen sakral. Begitu pula saat pesta perayaan yang lekat dengan bunga sebagai sisi dekoratif.

Baca Juga: Akibat Pemanasan Global, Bunga-bunga di Dunia Alami Perubahan Warna

"Tidak banyak manusia yang ambil perhatian tentang keberlanjutan bunga usai perayaan yang berujung menjadi limbah. Layaknya manusia, akrab dengan awal dan akhir,hidup dan mati. Begitu pula bunga, memiliki usia yang usai karena siklus. Di sini, usia bunga belum usai sepenuhnya," ujar Risa Vibia dari Sporadies. "Melalui tangan-tangan semesta bunga-bunga ini mekar kembali dalam bentuk karya lain yang indah.”

Acara tersebut diselenggarakan selama satu jam, terbatas hanya untuk Pulau Jawa, dengan biaya keikutsertaan sebesar Rp150.000—termasuk ongkos kirim dan

peserta sudah mendapatkan E-Magazine National Geographic, Bunga, less waste kit, juga bimbingan dari ahlinya. Tiket dapat langsung diperoleh di sini.