Yekaterina, Ketangguhan Tsar Perempuan dalam Memodernisasi Rusia

By Sysilia Tanhati, Senin, 28 Februari 2022 | 14:46 WIB
Karena takut akan kekuatan politiknya, para musuhnya menyebarkan desas-desus tentang penyimpangan seksualnya. (Aleksey Antropov/Wikipedia)

Baca Juga: Tampak Kembar, Apakah Tsar Nicholas II Rusia dan George V Bersaudara?

Yekaterina memperluas perbatasan Rusia secara signifikan selama masa pemerintahannya. Ini termasuk pencaplokan Krimea, Ukraina, Lithuania, Polandia, dan wilayah sekitarnya. Populasi Rusia bertambah hampir dua kali lipat selama ia berkuasa.

Tidak hanya itu, sang Tsarina berusaha untuk memodernisasi pemerintahan dan hukum Rusia. Namun ia mengalami banyak pertentangan dari para bangsawan yang keberatan dengan kelonggaran  undang-undang terhadap budak. Hukum tidak pernah berlaku dan di bawah pemerintahannya, kaum bangsawan meningkatkan kekuasaannya atas pelayan kontrak mereka. Dia meninggal pada tahun 1796 setelah 34 tahun memerintah.

Pemerintahannya yang berumur panjang dan kecerdikannya dalam berpolitik membuatnya digelari "Yang Agung”. Yekaterina juga mendukung perkembangan seni dan budaya Rusia.

Di balik kecerdikan dan ketangguhannya, Yekaterina juga memiliki sisi kelam. Dicap sebagai seorang hiperseks yang bejat, ia kerap melakukan perselingkuhan. Yekaterina mengangkat beberapa kekasih di kabinetnya. Meski begitu, ia diharapkan untuk tidak menikah lagi.

Perselingkuhannya inilah yang digunakan oleh para musuh untuk menjatuhkannya. Kemungkinan besar mereka takut akan kekuatan politiknya sehingga menggunakan isu ini. Salah satu musuh politiknya, Baron de Breteuil, bahkan menyatakan bahwa Yekaterina menggunakan semua jenis ambisi dalam dirinya.

Faktanya, Yekaterina adalah seorang politisi yang cerdik yang. Secara pribadi, ia didorong oleh cita-cita Abad Pencerahan yang didominasi oleh gerakan intelektual dan filosofis. Pertentangannya dengan otoritas tradisional membuat desas-desus tentang penyimpangan seksual dan ambisinya bergaung hingga zaman sekarang.