Passienus meninggal antara tahun 44 dan 47 Masehi. Langkah Agrippina selanjutnya adalah menempatkan Nero ke atas takhta.
Baca Juga: Akibat Kegilaannya, Kaisar Romawi Caligula Mati dengan Tragis
Baca Juga: Gladiatrix, Sebutan Gladiator Perempuan yang Bertarung di Roma
Baca Juga: Jenis-Jenis Gladiator dalam Pertarungan Mematikan Romawi Kuno
Pada tahun 48 Masehi, Claudius telah memerintah Kekaisaran Romawi selama tujuh tahun. Pada tahun itu, sang kaisar mengeksekusi istri ketiganya, Valeria Messalina, karena dia dituduh berkomplot melawan suaminya. Ini adalah kesempatan bagi Agrippina untuk semakin dekat dengan tujuannya menjadikan putranya sebagai kaisar.
Menurut sumber-sumber kuno, orang-orang bebas kaisar memiliki tugas memilih istri baru untuk Claudius. Akhirnya, persaingan menyempit menjadi tiga kandidat, yakni Lollia Paulina, putri konsul Marcus Lollius, Aelia Paetina, istri kedua Claudius yang sebelumnya telah diceraikannya, dan Agrippina. Pada akhirnya, Agrippina yang terpilih.
Agrippina terus berupaya mencapai tujuannya dengan mengatur pernikahan antara Nero dan Claudia Octavia, putri Claudius dengan Messalina. Octavia sebenarnya telah bertunangan dengan Lucius Junius Silanus Torquatus, tetapi rencana Agrippina merusak pemuda itu, dan menyebabkan Claudius membatalkan pertunangan itu. Nero dan Octavia menikah pada tahun 53 Masehi. Pada saat itu, Agrippina telah dianugerahi gelar kehormatan 'Augusta', yang sebelumnya hanya dipegang oleh Livia, istri Augustus, oleh Senat Romawi.
Pada tahun yang sama, 50 Masehi, Nero secara resmi diadopsi oleh Claudius, dan mengambil nama Nero Claudius Drusus Germanicus. Karena Nero lebih tua dari Britannicus, putra Claudius dan Messalina, ia secara efektif menjadi pewaris takhta pada saat adopsi.
Claudius meninggal pada tahun 54 M, kemungkinan diracun oleh Agrippina sendiri. Menurut sumber-sumber kuno, dia memperoleh racun dari Locusta yang terkenal jahat, dan menaburkannya pada beberapa jamur, yang sangat disukai kaisar. Dalam catatan Tacitus, racun itu tidak membunuh Claudius, dan Agrippina menyuruh Xenophon, mencelupkan bulu yang dicelupkan ke dalam racun cepat ke tenggorokan kaisar, “dengan kedok membantu perjuangan kaisar untuk muntah.”
Setelah Claudius meninggal, Nero, yang genap berusia 17 tahun, menjadi kaisar baru Romawi. Pada titik waktu ini, Nero belum menjadi monster seperti yang diingat sejarah. Sebaliknya, pemerintahan Kaisar Nero dimulai dengan awal yang menjanjikan.
Bagian awal pemerintahannya dianggap sebagai periode pemerintahan yang baik, dan urusan negara ditangani secara efektif. Penghargaan untuk pencapaian ini, bagaimanapun, tidak bisa dilimpahkan ke Nero saja, karena sebenarnya penasihatnya, Agrippina, Sextus Afranius Burrus, dan Lucius Annaeus Seneca, tutor Nero, yang menjalankan pemerintahan di balik takhta Nero.
Selama lima tahun pertama pemerintahannya, Kaisar Nero (atau, lebih tepatnya, para penasihatnya) membawa beberapa perubahan positif bagi masyarakat Romawi. Misalnya, Nero dikatakan telah mengurangi pajak, memberi Senat lebih banyak kekuatan, menggantikan pertarungan gladiator dengan puisi dan kompetisi atletik, dan bahkan memaafkan mereka yang berkomplot melawannya.