Rencana Gila agar Lubang Terdalam Bumi Bisa Hasilkan Energi Nirbatas

By Utomo Priyambodo, Senin, 14 Maret 2022 | 15:00 WIB
Rencana pengeboran Quaise. (Quaise)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah perusahaan energi perintis bernama Quaise telah menarik perhatian serius dari publik. Sejak diluncurkan pada 2020, perusahaan ini telah memperlihatkan tujuannya yang berani untuk menyelam lebih jauh ke dalam kerak bumi, ke bagian yanag lebih dalam daripada yang pernah digali siapa pun sebelumnya.

Perusahaan tersebut telah mengumpulkan total 63 juta dolar AS atau sekitar Rp setelah penutupan pendanaan modal ventura putaran pertamanya. Ini adalah sebuah awal bagus yang berpotensi membuat tenaga panas bumi dapat diakses oleh lebih banyak populasi di seluruh dunia.

Visi perusahaan untuk semakin dekat dengan pusat Bumi adalah menggabungkan metode pengeboran konvensional dengan senter berkekuatan megawatt yang terinspirasi oleh jenis teknologi yang suatu hari nanti dapat memungkinkan energi fusi nuklir.

Sebagaimana diberitakan Science Alert, energi panas bumi telah menjadi energi terbarukan yang terlupakan. Dengan matahari dan angin yang semakin mendominasi pasar energi hijau, upaya untuk memanfaatkan cadangan panas yang besar di bawah kaki kita untuk jadi energi terbarukan dan tanpa batas tetap tertinggal jauh di belakang.

Tidak sulit untuk memahami alasannya. Pasalnya, hanya ada sedikit tempat di mana batuan panas yang cocok untuk ekstraksi energi panas bumi berada di dekat permukaan. Sebagian besar batuan yang menyimpan panas berada sangat jauh di dalam bumi.

Quaise bertujuan untuk mengubahnya dengan mengembangkan teknologi yang memungkinkan kita membuat lubang di kerak bumi untuk merekam kedalaman.

Hingga saat ini, upaya terbaik manusia untuk menembus kulit planet ini telah mencapai titik terendah sekitar 12,3 kilometer, yakni lubang bor Kola Superdeep Borehole di Rusia. Untuk mendorong lebih jauh, kita perlu menemukan cara untuk menggiling material yang terjepit oleh puluhan batu-batu besar dan kemudian membawanya kembali ke permukaan.

Alat penggali juga harus tetap dapat menggiling batu pada suhu melebihi 180 derajat Celsius. Memutar mata bor dalam jarak yang begitu jauh juga membutuhkan pemikiran yang cerdas.

Salah satu alternatif potensial untuk hambatan di atas adalah dengan mengebor lebih sedikit – dan membakar lebih banyak.

Lahir dari penelitian fusi nuklir di MIT Plasma Science and Fusion Center, solusi Quaise adalah menggunakan gelombang radiasi elektromagnetik sepanjang milimeter yang memaksa atom-atom untuk meleleh bersama.

  

Baca Juga: Pelestarian Elang di Ladang Geotermal Kamojang, Harmoni Manusia dan Alam

Baca Juga: Telusur Awal Mula Penemuan hingga Percobaan Pertama Energi Nuklir

Baca Juga: Peradaban yang Hidup dan Berkembang di Dalam Area Panas Bumi Kamojang

  

Perangkat yang disebut gyrotron dapat secara efisien menghasilkan pancaran radiasi elektromagnetik secara terus menerus dengan menggoyangkan elektron-elektron dengan kecepatan tinggi di dalam medan magnet yang kuat.

Dengan menghubungkan gyrotron-grytoyon berkekuatan megawatt ke alat-alat pemotong terbaru, Quaise berharap dapat menembus batuan terkeras dan terpanas, hingga kedalaman sekitar 20 kilometer dalam hitungan bulan.

Pada kedalaman ini, panas batuan di sekitarnya dapat mencapai suhu sekitar 500 derajat Celsius. Angka ini cukup untuk mengubah air cair apa pun yang dipompa ke sana menjadi keadaan superkritis seperti uap yang sempurna untuk menghasilkan listrik.

Dengan menggunakan dana awal dan investasinya, Quaise berharap bisa memiliki perangkat yang dapat digunakan di lapangan yang menyediakan operasi proof-of-concept dalam dua tahun ke depan. Jika semuanya berjalan dengan baik, perangkat tersebut bisa memiliki sistem kerja yang menghasilkan energi pada 2026.