Baca Juga: Selidik Ahli Epigrafi: Nusantara dan Skandal Ilmiah Sejarah Majapahit
Baca Juga: Prasasti Mpu Sindok Ditemukan di Situs Gemekan, Apakah Isinya Kutukan?
Baca Juga: Selidik Makna Prasasti Plumpungan Berusia Lebih dari Seribu Tahun
Daluang merupakan lembaran tipis yang dibuat dari kulit pohon daluang atau paper mulberry dengan nama latin Broussonetia papyrifera. Kini, keberadaan pohon ini sudah sangat langka. Daluang, sama halnya dengan lontar, sebagai media menulis pada masa lalu sebelum adanya kertas modern.
"Untuk daluang, kami juga budidayakan sendiri karena pohon ini sudah sangat langka. Kegiatan ini sudah sering kami laksanakan dan saat ini kami sudah mulai merambah masuk ke sekolah-sekolah," ungkap Surotun, pegiat Salatiga Heritage yang juga juru pelihara dan pemandu Prasasti Plumpungan.
Lokakarya ini telah mengenalkan kembali sekaligus melestarikan tradisi menulis pada lontar seperti pada peradaban klasik kepada masyarakat sekarang, terutama kepada anak-anak muda.
“Aksara yang digunakan juga tidak hanya aksara Jawa, namun juga Arab, Korea, Jepang, atau yang lain. Kami beberapa kali juga menerima tamu dari luar negeri—seperti Amerika, Belanda, Rusia, Kanada, dan Jerman—yang tertarik untuk belajar menulis aksara di daun lontar ini,” tambah Warin.