Selanjutnya, Yamin menyebut bahwa bahasa adalah syarat berikutnya sebagai dasar bagi persatuan. Yamin berujar: "Telah beratus-ratus tahun lamanya bahasa Indonesia mantap kedudukannya di tanah Indonesia ini."
Dasar yang ketiga ialah tentang unsur "Hukum Adat". Ia tak menyebut satu contoh hukum adat yang ada di Indonesia, tapi yang jelas, bagi Indonesia, hukum Barat sangat tidak cocok dengan sifat-sifat bangsa Indonesia.
Baca Juga: Kongres Pemuda, Saat Bahasa Indonesia Menjadi Alat Perjuangan
Baca Juga: Sejarah Lagu Indonesia Raya, Pertama Kali Dikumandangkan Pada Kongres Pemuda II
Baca Juga: Kesaksian Anak Indekos di Indonesische Club
Dasar keempat, Yamin menyebut tentang "Pendidikan" bagi wanita Indonesia. Ia berpesan kepada para wanita di Indonesia, untuk menanamkan sifat Indonesia bagi anak-anak mereka.
Terakhir, sebelum mengakhiri pidatonya, Yamin mengucap adanya "Kemauan." Unsur ini dianggap penting dalam mencapai sebuah nasion —bangsa dalam istilah van Miert.
Lompatan besar dalam pidato Yamin bahwa ia tak sekadar menginginkan pendirian suatu bangsa, tapi juga menginginkan terbentuknya sebuah negara. Menjembatani gagasan nasionalisme menjadi pemerintahan yang berdaulat.
Hans van Miert menyebut bahwa pidatonya menjadi penting, karena dari keyakinan Yaminlah, segala bentuk cita-cita menjadi Indonesia Merdeka semakin tergambar jelas.
Kongres Pemuda pada akhirnya menjadi momentum yang paling penting di abad ke-20, mendorong lahirnya semangat persatuan dan nasionalisme menuju perjuangan kemerdekaan Indonesia di tahun-tahun selanjutnya.