Retorika Yamin: Sejarah Adalah Kunci Semangat Kongres Pemuda

By Galih Pranata, Rabu, 13 April 2022 | 13:00 WIB
Kedatangan Moh. Yamin di Bandar Udara Schiphol di Amsterdam pada 1954. Yang pertama dan yang paling utama adalah unsur sejarah: Sejarah Indonesia adalah satu dasarnya dan satu jalannya. (Bilsen, Joop van/Anefo)

Nationalgeographic.co.id—Kongres Pemuda I dan II menjadi ruh bagi lahirnya semangat persatuan bangsa Indonesia dengan balutan nasionalisme dan semangat yang membara.

Kemerdekaan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara adalah cita-cita terbesar yang telah dinantikan segenap rakyat Indonesia, tak terkecuali para golongan pemuda.

Terselenggaranya Kongres Pemuda II, menempatkan tokoh-tokoh penting dalam percaturan politik kala itu yang kemudian membahas tentang upaya-upaya mencapai sebuah negara bangsa yang merdeka.

Salah satu momen penting yang menyumbang semangat berkobar para pemuda nasionalis yang hadir dalam kongres itu, ialah pidato Mohammad Yamin yang penuh dengan semangat dan retorika.

"Pada malam kongres itu, Mohammad Yamin mengucap pidato yang penting," tulis Hans van Miert dalam bukunya yang telah diterjemahkan dengan judul Dengan Semangat Berkobar Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia, 1918-1930 terbitan 2003.

Dalam pidatonya,"Yamin menuliskan kembali tentang sejarah kepulauan ini (Indonesia)," imbuh van Miert. Dikatakannya bahwa "Roh Indonesia" tertulis dalam sejarah Majapahit dan Sriwijaya.

Dua kerajaan besar itu digambarkan Yamin sebagai kerajaan-kerajaan Indonesia, dimana mereka telah mencapai masa kejayaannya sebagai warisan peradaban dunia.

Dengan retorikanya, Yamin juga mengisahkan tentang keterampilan dan keberanian para pemuda Indonesia sejak era prasejarah dalam mengarungi samudera luas untuk bisa singgah ke sebuah pulau di Afrika, Madagaskar.

Banyak sejarah bangsa Indonesia yang tak boleh dilupakan dan dari sanalah, identitas dan semangat akan kembalinya "Roh Indonesia" perlu digaungkan.

Para peserta yang tergabung dalam Kongres Pemuda II. (Wikipedia)

Sebagai syarat untuk dapat memenuhi semangat persatuan, dengan retorikanya, Yamin menyebut lima asas atau dasar yang menurutnya mutlak.

"Yang pertama dan yang paling utama adalah unsur sejarah: Sejarah Indonesia adalah satu dasarnya dan satu jalannya," sebut van Miert dalam bukunya.

Selanjutnya, Yamin menyebut bahwa bahasa adalah syarat berikutnya sebagai dasar bagi persatuan. Yamin berujar: "Telah beratus-ratus tahun lamanya bahasa Indonesia mantap kedudukannya di tanah Indonesia ini."

Dasar yang ketiga ialah tentang unsur "Hukum Adat". Ia tak menyebut satu contoh hukum adat yang ada di Indonesia, tapi yang jelas, bagi Indonesia, hukum Barat sangat tidak cocok dengan sifat-sifat bangsa Indonesia.

  

Baca Juga: Kongres Pemuda, Saat Bahasa Indonesia Menjadi Alat Perjuangan

Baca Juga: Sejarah Lagu Indonesia Raya, Pertama Kali Dikumandangkan Pada Kongres Pemuda II

Baca Juga: Kesaksian Anak Indekos di Indonesische Club

  

Dasar keempat, Yamin menyebut tentang "Pendidikan" bagi wanita Indonesia. Ia berpesan kepada para wanita di Indonesia, untuk menanamkan sifat Indonesia bagi anak-anak mereka.

Terakhir, sebelum mengakhiri pidatonya, Yamin mengucap adanya "Kemauan." Unsur ini dianggap penting dalam mencapai sebuah nasion —bangsa dalam istilah van Miert.

Lompatan besar dalam pidato Yamin bahwa ia tak sekadar menginginkan pendirian suatu bangsa, tapi juga menginginkan terbentuknya sebuah negara. Menjembatani gagasan nasionalisme menjadi pemerintahan yang berdaulat.

Hans van Miert menyebut bahwa pidatonya menjadi penting, karena dari keyakinan Yaminlah, segala bentuk cita-cita menjadi Indonesia Merdeka semakin tergambar jelas.

Kongres Pemuda pada akhirnya menjadi momentum yang paling penting di abad ke-20, mendorong lahirnya semangat persatuan dan nasionalisme menuju perjuangan kemerdekaan Indonesia di tahun-tahun selanjutnya.