Tangan Kidal Sempat Dianggap Kejahatan pada Zaman Kuno, Apa Sebabnya?

By Sysilia Tanhati, Senin, 18 April 2022 | 10:00 WIB
Bagi Plato, setiap manusia dilahirkan dengan tangan yang sama. Seseorang berkembang menjadi kidal akibat ‘salah asuhan’. (Kelly Sikkema)

  

Baca Juga: Apakah Benar Orang-orang Bertangan Kidal Memang Lebih Pintar?

Baca Juga: Mayoritas Manusia Gunakan Tangan Kanan Untuk Beraktivitas, Mengapa?

Baca Juga: Kisah Pilu dan Mengenaskan Kehidupan Budak di Peradaban Romawi Kuno

Baca Juga: Tujuh Penemuan Romawi Kuno: Inovasi yang Berguna hingga Sekarang

  

Zaman semakin maju namun abad ke-18 dan ke-19 merupakan masa-masa sulit bagi mereka yang kidal. Pada saat itu, diskriminasi terhadap orang kidal bahkan semakin mendarah daging.

“Selama abad ke-19, ada dorongan ilmiah semu untuk menggunakan ciri fisik seseorang untuk menentukan kualitas internal. Ini seperti kecerdasan, moralitas, dan perilaku,” ungkap Karen Harris dilansir dari History Daily. Ini masa di mana orang diyakini sebagai penjahat hanya karena jarak mata yang terlalu dekat atau memiliki tengkorak berbentuk khusus.

Seorang dokter dan ilmuwan, Cesare Lombroso juga menerapkan metode ini pada orang kidal. Ia menyimpulkan bahwa orang kidal adalah penjahat patologis, psikopat, dan rentan terhadap kemarahan dan kebiadaban. Ini mungkin menjadi penyebab seorang anak kidal dipaksa untuk menggunakan tangan kanannya.

Dokter dan psikolog Austria Wilhelm Stekel menulis pada 1911 bahwa “jalan kanan selalu menandakan jalan menuju kebenaran, jalur kiri jalan menuju kejahatan. Kiri dikaitkan dengan segala yang buruk. Seperti menandakan homoseksualitas, inses, dan penyimpangan.

Kini, meski tidak separah zaman dulu, diskriminasi masih terasa. Pencipta produk acap kali melupakan mereka yang kidal sehingga membuat hidup mereka semakin menantang.