Kisah Pencicip Makanan Hitler: Setiap Suapan Bisa Jadi yang Terakhir

By Sysilia Tanhati, Jumat, 6 Mei 2022 | 08:00 WIB
Setiap kali berhadapan dengan makanan, setiap suapan bisa berarti kematian. (National Archives at College Park)

Nationalgeographic.co.id—Margot Wölk menghabiskan beberapa tahun terakhir Perang Dunia Kedua dengan mengonsumsi makan makanan mewah. Sayangnya, di saat banyak orang kelaparan karena perang, Wölk tidak menikmati makanan mewahnya itu. Setiap kali berhadapan dengan makanan, setiap suapan bisa berarti kematian.  

Sepiring makanan disajikan bagi pencicip makanan untuk Adolf Hitler itu. Ia harus memakannya antara pukul 11 dan 12 setiap hari selama 2,5 tahun terakhir kehidupan pemimpin Nazi.

Jika dia tidak tidak menunjukkan tanda-tanda keracunan, makanan itu dikemas ke dalam kotak dan disajikan bagi Hitler. Saat itu Hitler berada di Wolf’s Lair, sebuah markas militer yang terletak jauh di dalam hutan, di tempat yang sekarang disebut timur laut Polandia.

"Hitler adalah seorang vegetarian jadi semuanya adalah makanan vegetarian. Sebenarnya semua hidangan itu adalah makanan yang sangat enak seperti asparagus putih, buah-buahan yang enak, paprika dan kembang kol," kata Wölk.

“Ini dilakukannya bersama 14 gadis pencicip lainnya yang berusia sekitar 20 tahun,” tulis Michelle Martins dilansir dari laman Reuters. Wölk hidup dalam ketakutan bahwa setiap makanan yang dia makan akan menjadi yang terakhir baginya.

"Kami selalu takut bahwa makanan mungkin diracuni karena Inggris ingin meracuni Hitler. Ia mengetahui hal itu dari mata-matanya. Jadi Hitler mempekerjakan gadis-gadis muda untuk mencicipi makanannya," Wölk menjelaskan.

Para gadis itu sering menangis dan berpelukan. Mereka saling bertanya: 'Apakah kami masih akan bertahan hidup esok hari?'”

Setelah Hitler tewas bunuh diri, Wölk sering mengalami mimpi buruk tentang perannya sebagai pencicip makanan. Ia tidak menceritakan tentang pengalamannya selama beberapa dekade setelah perang.

Bagaimana Wölk bisa mendapatkan pekerjaan sebagai pencicip makanan?

Lalu bagaimana Wölk bisa mendapatkan pekerjaan itu? Keluarganya menentang Nazi namun ia mendapatkan pekerjaan itu ‘melalui serangkaian kebetulan’.

Ia terpaksa meninggalkan apartemennya di Berlin ketika pengeboman sekutu menghancurkan tempat tinggalnya. Wölk pun harus melepaskan pekerjaan sekretarisnya dan pindah dengan mertuanya di desa Gross-Partsch. Daerah itu kini menjadi bagian dari Polandia.

“Walikota di sana adalah seorang Nazi dan dia memiliki hubungan dengan SS (organisasi paramiliter Nazi) jadi saya langsung dipaksa masuk. Saya harus bekerja untuk mendapatkan uang,” katanya.