Kota Kuno Busra asy-Syam, Saksi Kejayaan Tiga Peradaban Besar Dunia

By Mahandis Yoanata Thamrin, Minggu, 8 Mei 2022 | 18:38 WIB
Busra asy-Syam menjadi saksi bisu kejayaan tiga peradaban besar dunia: Romawi, Bizantium, dan Muslim. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id—Selama rentang 2.500 tahun, Busra pernah dihuni tiga peradaban: Romawi, Bizantium, dan Muslim. Kota ini mengekalkan repihan biara, gedung teater, monumen, saluran air, gereja, masjid, dan benteng. Inilah Situs Warisan Dunia dengan status terancam, yang kian rusak karena perang saudara di Suriah.  

Najwa Othman, arsitek dan sejarawan di Aleppo, Syria, mengungkapkan bahwa para ilmuwan sepakat tentang arti toponimi "Busra" adalah "kota berbenteng".

Menurutnya, kota ini disebutkan dalam dokumen Mesir yang dikaitkan dengan milenium kedua sebelum masehi. Toponimi ini juga tercatat dalam dokumen itu sebagai salah satu emirat asing. Busra juga disebut di antara kota-kota yang namanya terukir di dasar patung Firaun Amenhotep III (1403-1364 SM). Pada periode ini Busra masih merupakan emirat kecil.

Pada abad kedua Sebelum Masehi, Busra menjelma sebagai kota terbesar Kerajaan Nabath. Wilayah kerajaan ini dicaplok oleh jenderal Romawi Trajan, bernama Cornelius Palma, pada 106 Masehi. Busra pun menjadi sebuah ibu kota bagi Provinsi Romawi di Arab.

Gedung teater romawi dibangun pada abad kedua. Panggungnya  sepanjang 45 meter, dan mampu menampung  hingga 15.000 orang. Kaisar Romawi Marcus Julius Philippus atau Filipus si Arab, yang bertakhta 244-249 M, berasal dari provinsi ini.

Kekaisaran bizantium menguasai Busra pada abad keempat. Kota ini menjadi jantung Keuskupan Kristen dan pasar terbesar bagi pedagang Arab. Reruntuhan dua gereja semasa masih bisa disaksikan hingga hari ini.

Marcus Julius Philippus (sekitar 204 - 249) atau Philippus I Arabus, Philip the Arab atau Filipus si Arab. (Faces of Ancient Europe)

Sejarah Islam meriwayatkan perjumpaan Buhaira, pendeta Kristen Nestorian di Busra, dengan masa kecil Muhammad. Ketika itu Muhammad berusia 12 tahun yang bersama pamannya, Abu Thalib, singgah di Busra dalam perjalanan dagang.

Sang pendeta takjub akan awan teduh yang mengiringi perjalanan mereka. Setelah melihat tanda-tanda kenabian di tubuh Muhammad, sang pendeta meramalkan bahwa anak itu akan menjadi nabi terakhir. Buhaira berpesan kepada Abu Thalib supaya berhati-hati menjaga Muhammad. Ramalan itu terbukti, pada usia 40 tahun, Muhammad mendapat wahyu pertamanya dari Allah.

Kelak, Busra menjadi kota pertama wilayah Bizantium yang ditaklukkan Khalid bin Walid pada awal ekspansi Islam sekitar 634 Masehi.

Othman mengungkapkan bahwa Khalid "berdamai dengan penduduk asli dan memastikan keamanan hidup, kekayaan, dan anak-anak mereka." Ketika penaklukan oleh tentara muslim, sejatinya Busra telah "mengalami kehancuran besar oleh Persia setelah mereka menaklukkan Damaskus pada 613," imbuh Othman.