Wayang Orang Sriwedari dan Kemeriahan Pesta Putri Paku Buwana X

By Galih Pranata, Jumat, 22 Juli 2022 | 15:00 WIB
Potret langka pelaku Wayang Orang Sriwedari di Solo dalam buletin De Locomotief tahun 1935. (De Locomotief/Delpher Nederlandsche)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah surat kabar Belanda yang datang dari tahun 1928, mengisahkan tentang pesta meriah Goesti Sekar Kedaton Koestijah, putri kesayangan Paku Buwana X.

Koran Belanda bernama De nieuwe vorstenlanden edisi 2 Februari 1928, menyebut pestanya dengan istilah geloofsbelijdenis, pengakuan iman atau pembaiatan. Pesta itu dihelat pada hari Minggu, 28 Januari 1928.

"Untuk menghormati pengakuan iman Putri Goesti Sekarkedaton Koestijah, selain pertunjukan wayang orang di Sriwedari pada Minggu pagi, banyak atraksi lain juga yang bisa dinikmati," tulis koresponden De nieuwe vorstenlanden.

Pesta yang cukup meriah dengan mengundang sejumlah tamu, diselenggarakan di Sriwedari. Taman Sriwedari memang juga sedang ramai di media massa yang terus menerus mempromosikannya. 

"Taman Kota Sriwedari akhir-akhir ini menjadi pusat hiburan, tidak hanya bagi orang pribumi, tetapi juga bagi orang Eropa," sebut De Locomotief edisi 31 Mei 1935.

Taman Sriwedari di Surakarta pada awal 1900. (Tropenmuseum)

Kala itu, Wayang orang Sriwedari telah banyak dikenal seantero Hindia Belanda. Banyak Inlander (pribumi) terkagum-kagum dengan pamornya. Tak pelak, ia mentas di banyak momen penting bersejarah, termasuk pestanya sang putri raja.

Sebuah koran berbahasa Belanda, De Locomotief menyebut wayang orang Sriwedari sebagai seni teatrikal terbaik di Jawa yang bahkan menarik perhatian orang-orang Eropa.

Momen kemeriahan juga tak hanya diramaikan dengan pementasan wayang orang Sriwedari yang menghebohkan. Ada juga ledakan petasan raksasa ke udara dan disertai dengan sesuatu yang "istimewa", permainan rakyat, serta pelepasan balon.

Selain itu, momen bersejarah itu juga menjadi acara penting bagi para pribumi, khususnya siswa dari sekolah perempuan di Surakarta. "Para siswa dari semua sekolah perempuan Pribumi akan diterima secara gratis untuk kesempatan itu," sambung koresponden De nieuwe vorstenlanden.

   

Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo