Nationalgeographic.co.id—Orang-orang di Yunani dan Romawi kuno mengidentifikasi eksistensi katak dengan harmoni. Bátrakhos dikenal sebagai sebutan katak oleh orang di Romawi dan Yunani kuno, istilah yang mereka tulis di masa lampau.
"Dalam beberapa literatur, katak masuk ke dalam mitologi masyarakat kuno tentang kesuburan atau pesta pora dan dewi Aphrodite (Venus)," tulis koresponden Imperium Romanum.
Ia menuliskan tentang katak sebagai bagian kehidupan di Yunani dan Romawi Kuno, dalam sebuah artikel berjudul "Frogs in world of ancient Greeks and Romans" yang terbit pada 11 April 2020.
Para penulis kuno mencurahkan banyak kronik yang menyebut tentang katak, termasuk Batrachomyomachia, kronik yang menceritakan tentang perang antara tikus dengan katak dan bernilai heroik.
"Kepengarangan karya ini tidak diketahui dibuat oleh siapa, tetapi penyebutan tentang Homer dianggap sebagai penciptanya," tambah sang koresponden.
Karya antik lainnya di mana hewan-hewan, seperti halnya katak muncul adalah dongeng Aesop—dongeng yang berkisah tentang seekor katak yang menginginkan seorang raja.
Menurut Imperium Romanum, Aesop berkisah tentang sekumpulan katak yang meminta Zeus untuk membawakan mereka seorang raja.
Zeus memenuhi keinginan mereka, tetapi dengan mengirimkan para katak sebongkah balok kayu. Benda yang dikenali oleh katak sebagai sosok tak bernyawa itu, tidak akan memerintah mereka dengan cara yang baik.
Baca Juga: Tiresias: Kisah Peramal Buta Yang Menginspirasi Seniman dan Akademisi
Baca Juga: Dewa Anggur Dionisos, Mitologi Yunani atau Diadopsi dari Tradisi Lain?
Baca Juga: Sirrush, Makhluk Mitologi Penjaga Dewa Pelindung Mesopotamia Kuno
Para katak yang belum merasa puas, kembali meminta Zeus lagi untuk mengirimkan seorang raja. Kali ini Zeus menunjukkan bahwa raja yang akan mereka kirim kejam dan mengerikan. "Ia mengirim seekor bangau yang memakan semua katak," terusnya.
Kisah lainnya tentang dongeng kuno seekor katak adalah kronik tentang The Frog and the Ox. Namun, sejauh ini belum ada informasi tentang kebiasaan tentang pola konsumsi terhadap katak.
Belum ditemukannya orang Romawi yang memakan katak; belum ada referensi tentang katak bahkan dalam karya kuliner utama Romawi, sebagaimana disebut "De re coquinaria" karya Apicius.