Di zaman Romawi, berhubungan seks dengan seorang budak tidak dianggap perzinahan. Bangsa Romawi menggunakan budak mereka untuk memuaskan fantasi seksual terliar mereka.
Budak ditangkap selama perang, dibeli di pasar budak, atau dibesarkan dengan mengadopsi bayi yang ditinggalkan.
Jika seorang Romawi memerkosa budak orang lain, ironisnya, budak itu tidak bisa menuntut. Namun, pemilik budak bisa menuntut pemerkosa karena merusak “propertinya”.
Juga, sebagian besar pelacur di Kekaisaran Romawi adalah budak. Untuk mendapatkan lebih banyak uang, orang Romawi yang kaya memaksa budak mereka menjadi pelacur.
Kaisar sesat dan gila
Ada pepatah berbunyi demikian: “Seekor ikan membusuk dari kepala ke bawah”.
Jika orang Romawi kuno telah bejat dan sesat, seseorang mungkin perlu melihat ke atas, yaitu kaisar.
Perlu diingat bahwa catatan sejarah tentang kaisar mungkin berlebihan. Namun jika ternyata catatan sejarah itu benar, dapat dibayangkan betapa bejatnya mereka.
Empat kaisar Romawi yang dianggap paling bejat adalah Tiberius, Caligula, Nero, dan Elegabalus.
Kaisar Tiberius (memerintah 14-37 Masehi) memiliki sebuah vila mewah di pulau Capri, Italia. Bukan hanya indah dan mewah, vila itu terkenal karena aktivitas pedofilia dan eksperimen seksual yang keterlaluan.
Keponakan Tiberius, Kaisar Caligula (memerintah 37-41 Masehi), mengubah istana kekaisaran di Roma menjadi rumah bordil. Ini dilakukannya untuk mendapatkan uang tambahan guna membiayai proyek mewahnya seperti kapal Nemi.