Nationalgeographic.co.id—Bagi orang-orang yang hidup di zaman kuno, sihir berfungsi untuk menjelaskan hubungan antara sebab dan akibat dengan menggunakan ide-ide, analogi, serta simbolisme yang dapat dihubungkan dengan orang-orang.
Dalam bukunya, Sihir Cinta Yunani Kuno (2001), Dr. Christoper Faraone menjelaskan tentang sihir cinta dan arti cinta dalam sihir Yunani kuno. Banyak mantra Yunani kuno yang dirancang dan berfokus pada keinginan korban dengan cara yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Namun, ini tidak berlaku untuk jenis jimat eros Yunani yang paling populer, mantra agoge yang memiliki narasi konsisten: mantra itu membawa wanita segera dari rumah ayah atau suaminya ke praktisi.
Mantra biasanya digunakan laki-lai untuk korban perempuan yang dibakar atau pembakaran patung-patung dengan bumbu dan rempah-rempah. Pemberian mantra tersebut dimaksudkan untuk menyebabkan wanita itu terbakar gairah.
Jenis sihir eros kedua, meskipun tidak sepopuler atau sekeras mantra agoge lainnya, sering muncul dalam konteks pacaran dan pernikahan tradisional: melempar atau mempersembahkan 'apel' ajaib atau jenis buah berbiji serupa lainnya. Mantra sihir yang melibatkan apel dan delima telah digunakan jauh lebih awal dalam sejarah, dengan catatan yang berasal dari koleksi tulisan paku abad ke-9 SM dari teks ritual Neo-Asyur.
Laki-laki bukan satu-satunya pengguna sihir cinta di Yunani kuno. Wanita sama-sama mahir dalam melakukan mantra sihir, tetapi jenis sihir yang mereka gunakan, dan konteks di mana mereka menggunakannya, sangat berbeda.
Penggunaan Simpul Mantra, Salep Wajah, dan Jimat
Mantra sihir kuno yang sangat populer di wilayah Timur Dekat adalah mengikat simpul, yang bertujuan untuk menahan amarah suami. Ini terkait dengan jenis mantra sihir lain dari tradisi Neo-Asyur yang sering melibatkan penggunaan tali yang diikat atau manik-manik untuk meningkatkan daya tarik seseorang di mata mereka.
Dua bentuk mantra lainnya, cincin khusus dan salep wajah, juga ada dalam tradisi magis Yunani dan digunakan untuk tujuan serupa. Bukti menunjukkan bahwa baik orang Yunani dan Asyur menggunakan cincin ajaib untuk meningkatkan kharisma pribadi mereka, terutama di mata raja dan tuan mereka.
Menurut Dr. Faraone, resep Yunani yang ditemukan dalam buku pegangan magis abad ke-4 M menyajikan contoh-contoh batu yang dipakai untuk tujuan magis: jika seorang pria memakai batu dendrit, “ia akan dicintai (egapemenos) dan diperhatikan dengan baik oleh semua dewa dan manusia dan dia akan berhasil dalam apa pun yang dia inginkan”; atau jika seorang pria memakai safir yang diukir dengan Aphrodite, "dia akan menawan, terkenal, dan menang dalam setiap gugatan."
Sementara itu, dalam budaya Yunani kuno, wanita menggunakan jimat, salep wajah, dan ramuan untuk tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan kasih sayang, mengurangi kemarahan dari suami atau otoritas pria.