Calon penyerang membutuhkan kekuatan darat yang kuat dan angkatan laut yang kuat. Juga, serangan itu harus datang dari sisi Eropa dan Asia. Ketika Tentara Salib menaklukkan dan menghancurkan Konstantinopel pada tahun 1204, mereka mendapat bantuan dari pengkhianat di dalam kota. Tentara Salib juga mendapat bantuan dari Angkatan Laut Venesia yang kuat.
Para penyerang dapat merebut kota-kota kecil dan menjarah provinsi, tetapi ibu kota tetap utuh. Kekaisaran Bizantium terkadang bisa merebut kembali wilayah yang hilang.
Pertahanan Roma bahkan sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan Konstantinopel. Kota ini tidak memiliki pertahanan alami. Tidak ada sungai, laut, atau gunung untuk digunakan melawan calon penyerang. Juga, temboknya tidak semenakjubkan tembok yang melindungi Konstantinopel.
Birokrasi yang terorganisir dengan baik
Bizantium memiliki banyak birokrasi yang terorganisir dengan baik yang mengatur kekaisaran. Para birokrat memastikan semuanya berjalan lancar, bahkan jika seorang kaisar tidak kompeten. Selain itu, birokrasi menjaga pemungutan pajak agak adil dan seimbang.
Di sisi lain, birokrasi Romawi Barat tidak sebaik yang diterapkan di Bizantium. Akibatnya, kekaisaran menderita karena keinginan kaisar yang rakus.
Para pemungut pajak di Romawi Barat pada dasarnya adalah mafia. Mafia itu berhasil menghancurkan kelas menengah dengan memeras semua uang yang mereka miliki.
Kesatuan agama
Kekaisaran Romawi Timur memiliki satu agama. Kekristenan adalah faktor pemersatu yang kuat di Kekaisaran Bizantium. Kaisar sebagai wakil Tuhan di Bumi menyatukan rakyatnya ke dalam satu sistem kepercayaan.
Agama mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan masyarakat. Dan hal ini membuat masyarakat Bizantium tertarik dan menurut.
Kekaisaran Romawi Barat memiliki banyak dewa dan kultus. Bahkan seorang kaisar disembah sebagai dewa setelah ia meninggal.