"Ketika saudara laki-lakinya itu meninggal tanpa ahli waris, takhta dibiarkan kosong," tulis Molly Dowdeswell di laman The Collector. Berdasarkan ikatan darah, Sobekneferu adalah yang paling dekat dengan takhta. Maka ia pun menggantikan saudara laki-lakinya untuk mengisi kekosongan tampuk kepemimpinan.
Sobekneferu mengambil gelar kerajaan dan memerintah sebagai ratu. Ia tidak pernah menggunakan gelar istri raja. Bisa jadi karena ia tidak menikah dengan saudara laki-lakinya.
Saat diangkat menjadi firaun, Sobekneferu menjalani upacara penamaan adat dan diberi lima nama seperti yang digunakan firaun. "Saat itu, ia memilih dewa berkepala buaya, Sobek," tambah Dowdeswell. Sobek dikaitkan dengan kekuatan firaun serta kecakapan militer dan kesuburan.
Kemungkinan Sobekneferu juga memiliki seorang kakak perempuan bernama Neferuptah, yang dipersiapkan untuk memerintah. Namun, dia meninggal sebelum Amenemhet III, sehingga tahta diberikan kepada saudara laki-laki perempuan itu. Tampaknya Amenemhet III bersedia memiliki ahli waris perempuan dalam kasus ini.
Berdasarkan Daftar Raja Turin, Sobekneferu memerintah selama tiga tahun sepuluh bulan. Dinyatakan bahwa saat memimpin, ia memperluas kompleks penguburan Amenemhat III di Hawara. Sobekneferu juga mengawasi pekerjaan pembangunan di Herakleopolis Magna.
Apakah Sobekneferu merupakan firaun wanita yang pertama di Mesir kuno?
Beberapa mengeklaim ada segelintir firaun wanita sebelum Sobekneferu. Salah satu yang paling awal adalah Merytneith (dinasti ke-1). Diperkirakan dia adalah istri Djet dan mewakili putranya yang masih kecil. Meskipun hal ini memberinya otoritas memerintah, itu tidak benar-benar menjadikannya penguasa dengan haknya sendiri, seperti Sobekneferu.
"Khentkaues I (dinasti ke-4) juga digadang-gadang sebagai firaun wanita pertama," ujar Dowdeswell. Di ambang pintu makamnya di Giza, tertulis judul yang dapat diterjemahkan menjadi "Ibu Dua Raja" atau "Raja dan Ibu dari Raja". Ada juga gambar dirinya yang menunjukkan dirinya dalam pose seperti raja dan bahkan memakai janggut palsu.
Seperti Merytneith, ada kemungkinan dia memerintah ketika putranya, Sahure, masih terlalu muda untuk memimpin. Dia juga diperingati di piramida Khentkaues II, tetapi namanya tidak dapat ditemukan di cartouche kerajaan. Selain itu, sebagian besar daftar penguasa Mesir modern juga tidak memasukkan Khentkaues sebagai firaun.
Pesaing lain untuk gelar firaun wanita pertama ditemukan dalam catatan lama yang ditulis oleh sejarawan Mesir Manetho. Dia menyebutkan seorang wanita bernama Nitokris, yang dia klaim membangun piramida ketiga.
Herodotus juga menyebut seorang wanita bernama Nitokris. Dia menyatakan bahwa, untuk membalaskan dendam raja (saudara laki-lakinya), dia dengan kejam membunuh ratusan orang Mesir.
Nitokris membangun ruang bawah tanah tempat dia memikat korbannya ke jamuan makan. Setelah perjamuan dimulai, dia membanjiri ruangan dengan menggunakan air sungai yang dibawa melalui pipa. Menurut Herodotus, untuk menghindari hukuman, dia bunuh diri. Namun, catatannya tidak mengaitkan piramida ketiga dengannya seperti yang dilakukan Manetho.