Mitos dan Gambaran Bangsa Viking yang Telanjur Kita Percayai

By Mahandis Yoanata Thamrin, Rabu, 1 Maret 2023 | 07:00 WIB
Para pemeran bangsa Viking di Polandia mengenakan zirah untuk bersiap-siap bertempur jarak dekat. Tidak semua Gambaran bangsa Viking yang sampai pada kita adalah benar. Apa saja mitosnya? (David Guttenfelder/National Geographic Magazine)

Bukti sejarah dan arkeologis mengungkapkan bahwa orang Viking tidak memiliki tradisi semacam itu. Mereka bertelanjang kepala atau mengenakan helm kulit dan bingkai logam sederhana dengan pelindung wajaa. Mitos helm bertanduk muncul dari kisah kebangkitan Viking pada masa pemerintahan Victoria.

Anggapan bahwa mereka kotor dan tak terawat tampaknya gugur sejak para arkeolog menemukan bukti tentang sisir, sendok, dan peralatan perawatan lainnya milik bangsa Viking. Temuan ini menunjukkan bahwa orang Viking sangat tertarik untuk menjaga kebersihan diri.

Selain mengabaikan tabu menyerang pendeta dan imam, ungkap Winroth,Viking pun tidak banyak berbeda daripada prajurit Eropa bangsa lain di masa itu. Pendapatnya disepakati sejumlah akademisi: Viking yang "haus darah" juga tak jauh lebih buruk daripada bangsa-bangsa lainnya yang berperang.

Buku bertajuk 'The Age of the Vikings' karya Anders Winroth yang berupaya menyingkap mitos tentang Viking yang telanjur populer. (Princeton University Press)

"Pada masanya, banyak bangsa Eropa lainnya juga mengerikan," tutur Tom Shippey, seorang profesor emeritus Bahasa Inggris di Saint Louis University yang sering menulis tentang Viking.

Lantas mengapa Viking yang selalu menang? Banyak penjelasan, Shippey berkata. Antara lain, etos yang dimiliki Viking tidaklah sama seperti Eropa lain mana pun. Salah satu yang dikatakannya yaitu sikap menakzimkan idealisme sebagai prajurit dan, di satu sisi, tak memedulikan kematian.

Sejarah ditulis dari sudut pandang korban

Viking mendapatkan publikasi negatif, sebab mereka menyerang masyarakat yang lebih terpelajar ketimbang mereka sendiri. Catatan sejarah tentang bangsa itu memiliki konteks cerita hanya dari sudut pandang korban.

Terlebih, oleh karena Viking menganut pagan, dalam alur cerita Kristen mereka dicitrakan sebagai "kuasa jahat". "Sangat tak adil hanya mengikuti cerita yang dituturkan dari korban," ujarnya. 

Bahkan, untuk memastikan, para akademisi pun mempelajari selama puluhan tahun aspek kehidupan Viking di luar perang. Mereka berhasil mendapati keahlian suku Nordik di bidang ketukangan, juga keahlian dagang dengan Arab.

Baca Juga: Mengupas Tuntas Mitos Viking yang Diciptakan oleh Budaya Pop

Baca Juga: Arkeolog Menggali Sisa-Sisa Struktur Zaman Viking Berusia 1.000 Tahun