Sejarah Kuno: Mengungkap Jejak dan Nasib Anak-Anak Aleksander Agung

By Sysilia Tanhati, Kamis, 13 Juli 2023 | 09:00 WIB
Dalam sejarah kuno, Aleksander Agung dikenal sebagai penakluk hebat dari Makedonia. Namun setelah ia meninggal, bagaimana dengan takhtanya? Apakah ia memiliki keturunan yang menggantikannya? (Giuseppe Cades/Department of Western European Fine Arts)

Istrinya sedang mengandung Aleksander IV, meskipun pada saat itu tidak diketahui apakah anaknya laki-laki atau perempuan.

Meski ia putra Aleksander Agung, Herakles dari Makedonia bukanlah keturunan yang sah. Fakta itu mempersulit klaimnya atas takhta.

Anak laki-laki itu tidak pernah berusaha untuk mengambil takhta ayahnya. “Pasalnya, ia adalah tidak sah dan anak dari seorang gundik,” kata Jarus.

Selain itu, Roxana dan Barsine adalah keturunan Asia. Fakta ini tidak disukai oleh beberapa pasukan Aleksander.

“Menurut sejarawan Romawi kuno Quintus Curtius, kedua putranya diusulkan sebagai calon pewaris takhta dalam pertemuan para jenderal dan kavaleri. Namun rupanya infanteri menolak keduanya. Hal itu disebabkan karena kedua ibu adalah orang Asia,” ungkap Carol King. Carol King adalah seorang profesor klasik di Memorial University of Newfoundland.

Perebutan kekuasaan yang penuh darah dalam sejarah kuno

Arrhidaeus, saudara tiri Aleksander Agung, menjadi raja dan Aleksander IV dijadikan wakil penguasa setelah dia lahir.

Namun, baik Arrhidaeus maupun Aleksander IV sama-sama tidak memerintah secara nyata.

Arrhidaeus memiliki beberapa macam gangguan mental yang membuatnya sulit untuk menjalankan kekuasaan. Sementara Aleksander IV masih bayi pada saat itu. Akibatnya, semua menjadi pion dalam perang penentuan penerus.

Jenderal Aleksander yang kuat berperang satu sama lain untuk merebut takhta. “Pada saat itulah Arrhidaeus dan Aleksander IV dibunuh,” ujar Jarus.

Ibu Aleksander Agung, Olympias, memiliki peran penting dalam perebutan kekuasaan yang berdarah itu. Pada 317 Sebelum Masehi, dia setuju untuk menjadi wali Aleksander IV.

Lalu dengan bantuan pasukan yang dipimpin oleh seorang jenderal bernama Polyperchon, ia menangkap Arrhidaeus dan membunuhnya.

Namun, pasukan yang dipimpin oleh seorang jenderal bernama Cassander menyerang Olympias. Sang jenderal kemudian menangkapnya bersama Aleksander IV pada tahun 316 Sebelum Masehi. Saat itulah Olympias tewas di tangan Cassander.

Aleksander IV dan Roxana kemudian mendapati diri mereka ditawan oleh Cassander. Dengan begitu, Cassander secara efektif menguasai Makedonia sebagai raja.

Cassander tidak ingin ada persaingan untuk takhta. Oleh karena itu, dia pun membunuh Aleksander IV dan Roxana sekitar tahun 309 Sebelum Masehi. Tindakannya itu dilakukan untuk mencegah pewaris remaja menjadi dewasa dan berpotensi mengambil kekuasaan kelak.

Herakles dari Makedonia tidak lebih baik. Jenderal Polyperchon menawan anak haram Aleksander. Setelah mencapai kesepakatan dengan Cassander, Polyperchon membunuhnya tak lama setelah kematian Aleksander IV.

Jadi, Aleksander Agung memiliki dua orang putra. Ironisnya, ia tidak pernah bertemu dengan keduanya. Dalam dokumentasi sejarah kuno, putra-putra Aleksander Agung pun tidak pernah menggantikan sang ayah untuk memimpin.