Salah Kaprah soal Samurai Kekaisaran Jepang Versi Budaya Pop

By Sysilia Tanhati, Rabu, 2 Agustus 2023 | 16:00 WIB
Budaya pop turut memperkenalkan samurai Kekaisaran Jepang ke seluruh dunia lewat film, gim, serta manga. Namun beberapa informasi tentang samurai versi budaya pop merupakan salah kaprah. (Utagawa Hiroshige)

Nationalgeographic.co.id—Budaya pop turut memperkenalkan samurai Kekaisaran Jepang ke seluruh dunia lewat film, gim, serta manga. Budaya, gambar, dan semua yang berkaitan dengan samurai menjadi tema film atau novel. Semua itu menciptakan arketipe soal samurai. Terkadang, informasi seputar samurai yang muncul dalam film, gim, atau novel itu tidak tepat.

Beberapa informasi seputar samurai Kekaisaran Jepang versi budaya pop merupakan salah kaprah. Apa yang telah dilakukan budaya pop untuk kepentingan samurai, telah mengakibatkan kesalahpahaman tentang kehidupan dan aktivitas samurai.

Bahkan film samurai yang paling akurat secara historis mengandung stereotip atau kebenaran parsial. Film tersebut mengaburkan apa yang dilakukan dan tidak dipercayai penonton tentang samurai.

Samurai terikat dengan kode Bushido dalam semua aspek kehidupannya

Mengapa hal ini tidak akurat? Mirip dengan kode kesatria abad pertengahan, Bushido bukanlah daftar formal aturan dan peraturan untuk perilaku.

“Bushido berfungsi sebagai cita-cita, menekankan kesetiaan, tugas, dan kehormatan,” tulis Melissa Sartore di laman Ranker.

Samurai dipandu oleh Bushido. Tapi mereka tidak bisa menerapkannya pada semua situasi. Samurai yang memasukkan aspek Bushido ke dalam gaya hidup agar menjadi contoh moralitas dan kesopanan bagi non-prajurit.

Kebaikan, kemurahan hati, dan kepatuhan tidak selalu memungkinkan untuk diterapkan dalam semua situasi. Terutama dalam pergolakan pertempuran atau dalam kehidupan sehari-hari.

Istilah Bushido tidak digunakan hingga abad ke-16 dan baru menjadi istilah yang dikenal di luar masyarakat samurai hingga abad ke-19. Pemimpin dan samurai sama-sama menyesuaikan kompas moral mereka berdasarkan keadaan politik dan pengaruh agama. Konfusianisme dan Buddhisme, misalnya, “dicampur” ke dalam Bushido selama berabad-abad.

Hanya laki-laki saja yang menjadi samurai

Mengapa itu tidak akurat? Di Kekaisaran Jepang abad pertengahan, ada kelompok samurai wanita yang disebut onna-bugeisha. Para wanita ini menjadi ahli dalam menggunakan naginata, senjata tiang panjang dengan mata pisau diikat di ujungnya.

Onna-bugeisha juga menggunakan belati (kaiken) dan pisau lainnya. Mereka berfungsi sebagai anggota kelas samurai yang mulia.

Dalam sebagian besar penggambaran samurai dalam budaya pop, terutama film, wanita tidak mengangkat senjata. Alih-alih sebagai pejuang, budaya pop menggambarkan wanita sebagai sosok romantis.

Samurai bertarung atau berlatih sepanjang hari

Pelatihan untuk menjadi seorang samurai sangat ekstensif. Namun jumlah waktu yang didedikasikan individu untuk berlatih ditentukan oleh kekayaan.

Namun, latihan itu penting. Samurai saling bertarung satu sama lain selama masa damai untuk menjaga keterampilan bertarungnya. Hingga akhir abad ke-16, samurai bisa menjadi pejuang dan petani.Hal ini menunjukkan bahwa banyak samurai memegang kedua posisi tersebut untuk bertahan hidup.

Samurai pada dasarnya bisa masuk dan keluar dari status prajurit. Mereka juga bisa tinggal bersama tuan mereka atau tinggal bersama keluarganya.

Saat samurai menjadi kelas sosial formal, pernikahan mereka menjadi semakin terikat pada aliansi politik dan ekonomi. Aktivitas mereka juga berkembang lebih dari sekadar pertempuran.

Selama periode Edo (1603-1868), samurai menghabiskan banyak waktu di istana kekaisaran. Di masa ini, samurai lebih berfungsi sebagai administrator daripada prajurit. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh meningkatnya penekanan pada nilai-nilai Konfusianisme dan kepedulian terhadap perdamaian dan kemakmuran.

Samurai memiliki kesetiaan yang tidak ternilai pada tuannya

Mengapa hal ini tidak akurat? Sebenarnya, samurai jauh lebih praktis daripada yang digambarkan oleh budaya pop. Samurai menghormati tuan mereka. Namun samurai juga memiliki kemampuan untuk membuat penilaian sendiri, tidak naif, dan memiliki sifat individualistis. Ada juga aspek sosial dan ekonomi dari hubungan prajurit-tuan. Aspek itu memengaruhi peran pribadi dan politik samurai serta bangsawan.

Gagasan bahwa samurai sangat setia sebagian besar terbungkus dalam Chushingura. Chushingura adalah kisah 47 ronin yang membalas kematian tuan mereka dengan mengorbankan nyawa mereka sendiri.

Samurai hanya menggunakan katana

Katana adalah salah satu dari banyak senjata yang digunakan oleh samurai. Awalnya samurai menggunakan busur dan anak panah, terutama saat menunggang kuda dalam pertempuran kavaleri.

Di samping katana, samurai juga membawa pedang pendek yang disebut waskizashi. Senjata tambahan yang digunakan oleh samurai termasuk belati (tanto), polearm (naginata), atau nodachi.

Samurai juga menggunakan senjata api sejak pertengahan abad ke-16. Namun banyak kaum tradisionalis menolak untuk menyerah pada perubahan teknologi militer. Selama tahun 1540-an dan 1550-an, Jepang memproduksi 300.000 senapan tanegashima (berdasarkan senjata gaya Portugis). Beberapa di antaranya digunakan oleh samurai.

Samurai bertarung dengan teknik luar biasa dan berpenampilan unik

Mengapa informasi ini tidak akurat? Samurai adalah pejuang yang sangat terampil, tetapi mereka berperan sebagai pejuang seperti yang lainnya. Samurai sama-sama aktif dalam kavaleri dan infanteri di Kekaisaran Jepang. Mereka menunjukkan kecepatan, pemikiran cepat, dan keserbagunaan.

Samurai memang memakai gaya rambut dan pakaian yang unik, semua bagian dari ritual dan status. Seiring bertambahnya usia, mereka muncul dalam penampilan biasa dan tidak terlalu rumit.

Presentasi fiksi samurai dalam film oleh aktor Toshiro Mifune mengabadikan pemahaman tentang samurai sebagai pejuang yang rumit dan bergaya. Namun, ini dilakukan dengan sengaja. Presentasi itu dimaksudkan untuk meningkatkan penceritaan samurai dalam cerita melalui kekerasan melodramatis dan kematian.

Tidak bisa dipungkiri jika budaya pop turut menyebarkan budaya samurai dan Kekaisaran Jepang. Di sisi lain, ada banyak salah kaprah soal samurai versi budaya pop.