Kisah-kisah ini ditulis setidaknya satu abad setelah kematiannya dan terutama berfungsi untuk mengabadikan propaganda Romawi.
Wanita Penggoda
Cleopatra digambarkan sebagai penggoda eksotis yang licik yang memanipulasi pria Romawi yang kuat, seperti Julius Caesar dan Mark Antony untuk keuntungan politiknya sendiri.
Penggambaran ini berfungsi untuk membenarkan penaklukan Roma atas Mesir dan menggambarkan Cleopatra sebagai antitesis dari kebajikan Romawi.
Ratu Mesir yang Tragis
Penggambaran Cleopatra sebagai pahlawan wanita yang tragis menjadi terkenal selama Renaisans, khususnya dalam sastra dan drama. Representasi ini menyoroti sifatnya yang penuh gairah. Hubungannya dengan Julius Caesar dan Mark Antony, dan kejatuhannya yang terakhir, menjadikannya sebagai sosok yang kompleks dan menarik secara emosional.
Drama William Shakespeare "Antony and Cleopatra" mungkin adalah contoh Cleopatra yang paling terkenal dan berpengaruh sebagai pahlawan wanita yang tragis.
Dalam drama tersebut, Cleopatra digambarkan sebagai wanita dengan pesona, kecantikan, dan kecerdasan yang luar biasa.
Hubungan cintanya yang penuh gairah dengan Mark Antony, seorang jenderal Romawi terkemuka, pada akhirnya menyebabkan kehancuran mereka berdua.
Cleopatra karya Shakespeare adalah karakter multi-dimensi yang menampilkan berbagai macam emosi, mulai dari kebanggaan dan ambisi yang kuat hingga kerentanan dan keputusasaan.
Drama tersebut menunjukkan cintanya pada Antony sebagai kekuatan dan destruktif, dengan hubungan mereka yang pada akhirnya memakan mereka dan menyebabkan kehancuran politik dan pribadi mereka.
Sebagai sosok yang tragis, Cleopatra adalah karakter yang menginspirasi kekaguman dan rasa kasihan, membangkitkan simpati penonton terlepas dari kekurangannya.