Sejarah di Balik Krisis Kekaisaran Romawi, Pergolakan Politik Berdarah

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 3 September 2023 | 09:00 WIB
Sejarah di balik krisis Kekaisaran Romawi kuno. (History Skills)

Pemerintahan mereka, meskipun singkat, penting karena menunjukkan besarnya ketidakpuasan terhadap Maximinus Thrax dan menjadi preseden bagi pemberontakan lebih lanjut.

Balbinus dan Pupienus: Pilihan Senat

Setelah kematian keluarga Gordian, senat Romawi dengan cepat memilih dua anggotanya, Balbinus dan Pupienus sebagai kaisar bersama, sebuah langkah yang dilakukan dalam upaya untuk menegaskan kekuasaan dan kendali mereka.

Hal ini tidak diterima dengan baik oleh masyarakat Romawi, yang lebih memilih cucu Gordian I, Gordian III.

Pemerintahan Balbinus dan Pupienus ditandai dengan ketegangan politik dan perebutan kekuasaan. Pemerintahan mereka tiba-tiba berakhir ketika mereka dibunuh oleh Pengawal Praetorian, yang membenci kurangnya pengalaman militer para senator dan ketidakpedulian mereka terhadap pengaruh Pengawal.

Gordian III: Kebangkitan Kaisar Bungsu

Setelah pembunuhan Balbinus dan Pupienus, Gordian III, cucu Gordian I yang berusia 13 tahun, diproklamasikan sebagai kaisar oleh Pengawal Praetorian.

Pemerintahannya menandai berakhirnya Tahun Enam Kaisar yang penuh gejolak. Karena masih di bawah umur, pemerintahannya dikendalikan oleh orang-orang dewasa di sekitarnya, termasuk Timesitheus, yang menjadi ayah mertuanya dan penguasa de facto kekaisaran.

Pemerintahan Gordian III berlangsung hingga tahun 244, sebuah periode yang relatif lama mengingat tahun semrawut yang baru saja berlalu. 

Apa Penyebab Kekacauan Tahun 238 M?

Iklim sosial-politik di Roma pada tahun 238 M sangat bergejolak dan kompleks. Dinamika kekuasaan di dalam kekaisaran semakin bergejolak, dipicu oleh meningkatnya rasa ketidakpuasan di antara berbagai faksi masyarakat.

Fondasi sistem politik Romawi mendapat tantangan, dan akibatnya adalah tahun pergolakan yang belum pernah terjadi sebelumnya.