Nationalgeographic.co.id—Pertempuran Manzikert adalah perang antara Kekaisaran Bizantium dan Kesultanan Seljuk Raya pada tahun 1071 M. Kekaisaran Bizantium dipimpin oleh Romanos IV, sedangkan Kesultanan Turki Seljuk Raya dipimpin oleh Sultan Alp Arslan.
Pertempuran ini adalah momen penting bagi Kekaisaran Bizantium yang mengalami kekalahan dan melemahkan kekuasaanya. Sehingga memungkinkan pengembara Turki dapat menetap di Anatolia.
Pertempuran tersebut terjadi pada tanggal 26 Agustus 1071. Pertempuran terjadi ketika tentara Kekaisaran Bizantium dan tentara Kesultanan Turki Seljuk bertemu di Manzikert, yang sekarang disebut Provinsi Mus, Turki.
Bagi Kekaisaran Byzantium, ini adalah kekalahan yang memekakkan telinga. Bagi Kesultanan Turki Seljuk Raya, hal ini merupakan suatu kemenangan karena memungkinkan mereka melakukan terobosan ke Asia Kecil.
Bagi kekaisaran yang kuat, hal ini bahkan lebih memalukan karena Romanos IV Diogenes ditangkap oleh musuh. Ini adalah pertama kalinya setelah Kaisar Romawi Valerian ditangkap hidup-hidup dalam pertempuran.
Setelah Pertempuran Manzikert, Kekaisaran Byzantium pulih secara sementara. Akan tetapi, proses Turkifikasi di pusat kekaisaran Anatolia telah menjadi tanda berakhirnya kekuasaan Kekaisaran Bizantium, meskipun itu terjadi hampir empat abad kemudian.
Latar Belakang Pertempuran Manzikert
Kontak pertama Kekaisaran Bizantium dengan Kesultanan Turki Seljuk Raya terjadi pada masa pemerintahan Konstantinus IX Monomachos pada tahun 1046. Ketika itu Kekaisaran Turki Seljuk Raya yang kuat menyerbu Armenia.
Konstantinus, yang bukan seorang komandan militer yang kompeten, berhasil mendapatkan gencatan senjata yang berlangsung hingga tahun 1064. Ketika itu Kekaisaran Turki Seljuk Raya telah mengambil alih Ani, ibu kota Armenia.
Namun, pada tahun 1053, Konstantinus telah melakukan kesalahan fatal. Ia membubarkan apa yang disebut oleh sejarawan pada masa itu, John Skyllitzes, sebagai “Tentara Iberia”, sebuah kekuatan yang berkekuatan 50.000 orang.
Akibatnya, pertahanan bagian timur Kekaisaran Bizantium melemah secara signifikan, sehingga Kesultanan Seljuk Raya dapat bergerak lebih jauh ke Anatolia.
Bahkan, pada tahun 1067 mereka bergerak lebih jauh lagi dengan menaklukkan Kaisarea. Kaisarea adalah kota kecil yang sekarang dikenal sebagai Kaisarea Palestina.
Penaklukan Kaisarea mengganggu Kekaisaran Bizantium karena ancaman dari Kesultanan Turki Seljuk Raya semakin mendekat. Hal ini menyebabkan naiknya pangkat Romano IV Diogenes, seorang komandan militer berpengalaman menjadi raja.
Romanos melakukan beberapa reformasi cepat pada tentara Kekaisaran Bizantium dan memimpin ekspedisi melawan Kesultanan Turki Seljuk Raya pada tahun 1068-1069.
Dia didampingi oleh saingan politik Andronikos Doukas dan meraih beberapa kemenangan kecil melawan Kekaisaran Turki Seljuk Raya.
Namun, pasukan Romanos tidak seperti dulu lagi. Pasukannya terdiri dari berbagai tentara yang kekuatan dan loyalitasnya diragukan.
Termasuk sebagian dari Garda Varangia dan sejumlah pasukan Georgia, Armenia, dan Suriah. Garda Varangia adalah tentara bayaran di Kekaisaran Bizantium yang berasal dari bangsa Viking.
Garda Varangia sebelumnya memang salah satu tentara Kekaisaran Bizantium yang terkenal. Mereka memainkan perang yang mengejutkan namun penting dalam Kekaisaran Bizantium.
Ada juga banyak tentara bayaran. Seperti kavaleri berat dari Frank, Norman, dan kavaleri ringan Turki. Total kekuatan adalah 40.000 hingga 70.000. Hanya 10.000 dari mereka yang merupakan tentara reguler Kekaisaran Bizantium.
Kaisar Romanos Ditangkap
Namun demikian, pada tahun 1071 Romanos menyerukan pertempuran di Anatolia untuk menyingkirkan Kesultanan Turki Seljuk Raya untuk selamanya. Kemudian mengusirnya dari Armenia dan wilayah Asia Kecil lainnya.
Di sisi lain, Kesultanan Turki Seljuk Raya di bawah pimpinan Sultan Alp Arslan merupakan sebuah kerajaan yang kini meliputi Iran, Irak, dan sebagian besar Timur Dekat.
Pasukan sultan Alp Arslan yang cukup besar mencakup kavaleri yang terdiri dari para penunggang kuda yang sangat terampil dan lincah.
Dalam pertempuran dua hari, kekuatan Kesultanan Turki Seljuk Raya terlihat jauh lebih dominan dari Kekaisaran Bizantium. Puncaknya adalah, ketika kuda Kaisar Romanos terbunuh dan akhirnya dia ditangkap oleh Kesultanan Turki Seljuk Raya.
Tidak hanya itu, semua tentara profesional Kekaisaran Bizantium juga terbunuh. Sementara sebagian besar pasukan pendukung dan retribusi mulai melarikan diri.
Ketika Kaisar Romanos dibawa ke hadapan Sultan Alp Arslan, dia tidak percaya bahwa pria yang berlumuran tanah dan berlumuran darah itu adalah Kaisar.
Dalam tindakan simbolis, Sultan menaruh sepatu botnya di leher kaisar, namun sebaliknya ia bersikap lembut.
Menurut Michael Psellos, Romanos diberi makan dengan baik selama seminggu dan bahkan diizinkan untuk memilih salah satu tawanan sejawatnya untuk dibebaskan.
Kronik Scylitzes abad ke-11 memberikan penjelasan lengkap tentang penangkapan tersebut, termasuk episode terkenal di mana Arslan bertanya kepada Romanos apa yang akan dia lakukan jika posisinya dibalik.
Romanos menjawab, "Aku akan memukulmu sampai mati."
Sementara Arslan menjawab, "Aku tidak akan menirumu." balas Arslan yang beragama Islam.
Arslan menambahkan, "Aku telah diberitahu bahwa Kristusmu mengajarkan kelembutan dan pengampunan terhadap kesalahan. Ia menentang yang sombong dan memberi anugerah kepada yang rendah hati."
Setelah kembali ke Konstantinopel, Romanos digulingkan dan dibutakan oleh jenderal saingannya, Michael VII Doukas. Tidak lama setelah Kaisar Romanos meninggal dan Kekaisaran Bizantium terus mengalami kemunduran yang lambat.