Nationalgeographic.co.id—Pear of Anguish atau Pir Penderitaan adalah alat penyiksaan dalam sejarah Abad Pertengahan.
Cara penggunannya begitu sadis. Seorang penyiksa akan memasukkan alat tersebut ke dalam mulut, vagina atau anus seseorang untuk melebarkan lubangnya, sehingga menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.
Banyak yang percaya bahwa alat penyiksaan brutal ini telah digunakan selama berabad-abad dan menyebabkan penderitaan besar bagi para korbannya.
Sebaliknya, para sejarawan tidak sependapat dengan pandangan ini. Lalu, seperti apa sejarah Pir Penderitaan dan bagaimana ia menjadi simbol penyiksaan Abad Pertengahan?
Berbagai jenis alat penyiksaan digunakan selama Abad Pertengahan yang berlangsung sekitar 1.000 tahun dan sering dianggap sebagai Abad Kegelapan. Hal ini ditandai dengan periode pergolakan politik dan kekerasan yang besar.
Mungkin tidak ada cara lain, namun Abad Kegelapan memunculkan beberapa metode penyiksaan yang berpotensi kelam. Beberapa perangkat menargetkan laki-laki, sementara yang lain ditujukan khusus untuk perempuan.
Orang-orang menggunakan Pear of Anguish selama sejarah Abad Pertengahan ketika alat penyiksaan merupakan hal yang lumrah. Alat penyiksaan dipandang sebagai cara yang sah untuk mendapatkan pengakuan dari penjahat dan mendapatkan informasi dari musuh.
Alat penyiksaan seperti Pear of Anguish menimbulkan rasa sakit pada korban agar mereka mengakui kejahatannya. Alat penyiksaan ini dipandang sebagai bentuk hukuman yang dapat diterima selama Abad Pertengahan.
Alat musiknya berbentuk buah pir, dan badan buah pir itu terdiri dari empat “daun” logam yang disatukan pada engsel di bagian atasnya.
Tergantung pada sifat kejahatannya dalam sejarah Abad Pertengahan, Pear of Anguish dimasukkan ke dalam lubang yang berbeda. Dalam kasus ini bisa saja, rahang korban akan terkilir atau pipinya akan terkoyak.
Meski terdengar mengerikan, alat penyiksaan ini tidak dimaksudkan untuk membunuh korbannya, namun dirancang untuk menimbulkan perasaan malu, bersalah, dan terisolasi.
Penggunaan Pear of Anguish sering kali disertai dengan penghinaan di depan umum, dengan korban diarak di jalan-jalan atau dikenakan hukuman di depan umum. Hal ini semakin memperkuat penyiksaan psikologis yang ditimbulkan oleh perangkat tersebut, karena korban dibuat merasa terekspos dan rentan di hadapan rekan-rekannya.
Secara keseluruhan, fungsi Pear of Anguish adalah praktik biadab dan tidak manusiawi yang mewakili aspek terburuk dari sifat manusia.
Kebenaran Tentang Pir Penderitaan dalam Sejarah Abad Pertengahan
Ketika seseorang berpikir tentang Pear of Anguish, hal itu hanya akan membuat mereka ketakutan, namun setelah diperiksa lebih lanjut terhadap alat ini, mungkin ada penjelasan lain yang menggambarkan tujuan sebenarnya dari perangkat tersebut.
Dikutip History Defined, seorang sejarawan Australia bernama Chris Bishop mempelajari konstruksi alat penyiksaan tersebut.
Penelitiannya mengungkapkan bahwa objek yang digambarkan sebagai Pir Penderitaan mulai muncul sekitar pertengahan abad ke-19. Selain itu, terdapat referensi sejarah tentang seorang penjahat terkenal di Paris pada abad ke-17.
Pada saat itu, penjahat ini terkenal karena menggunakan perangkat yang dirancang dan memungkinkan dia untuk membungkam korban. Namun di luar praktik tersebut, sepertinya tidak ada yang menyebutkan alat penyiksaan seperti Pir dari Abad Pertengahan.
Bishop melanjutkan dengan mengatakan bahwa setelah memeriksa “Choke Pear” secara langsung, dia menyimpulkan bahwa orang tidak akan pernah bisa menggunakan alat tersebut untuk jenis penyiksaan tertentu.
Sebagai permulaan, pegas dalam konstruksi perangkat terlalu lemah untuk membuka lubang tubuh sehingga menyebabkan kerusakan. Selain itu, kaitnya didesain sedemikian rupa sehingga tidak bisa dibuka jika ada di dalam sesuatu.
Bishop berpendapat bahwa alat tersebut bisa saja digunakan sebagai instrumen bedah seperti spekulum atau alat yang membiarkan mulut terbuka bagi Dokter Gigi untuk melakukan pekerjaannya. Namun, di sisi lain, Pir bisa dengan mudah menjadi pemanjang sepatu, penyambung kaus kaki, atau pelebar sarung tangan.
Mereka akan memasukkan perangkat tersebut, memperluasnya jika memungkinkan, dan menyuap korban agar membayar mereka untuk mengeluarkannya.
Pada tahun-tahun terakhir Abad Pertengahan, penyiksaan tidak diragukan lagi merupakan praktik yang dapat diterima untuk mendapatkan informasi dan memaksa pengakuan.
Gagasan tentang Pir Penderitaan sangat buruk, ditambah dengan potensi pelanggaran seksual yang mengerikan dan rasa sakit fisik yang disebabkan oleh penyiksaan itu sendiri.
Tampaknya Pear of Anguish hanya merupakan alat yang terbatas pada imajinasi seseorang, para sejarawan menemukan bahwa dalam Abad Pertengahan masih penuh dengan insiden hukuman kejam.