Nationalgeographic.co.id - Semua bangsa di Eropa dan Asia tentu mengenal bangsa Mongol. Keberadaan bangsa Mongol disebutkan dalam berbagai catatan sejarah abad pertengahan, bahkan oleh masyarakat Jawa menjelang kebangkitan Majapahit.
Kekaisaran Mongol mewarnai abad pertengahan sejak abad ke-13. Setelah didirikan oleh Genghis Khan, Kekaisaran Mongol memperluas kekuasaannya dengan cepat. Hal ini yang membuatnya sebagai salah satu kekaisaran terbesar dalam sejarah.
Kekaisaran Mongol kemudian terbentang dari Eropa Timur hingga Tiongkok dalam sejarah abad pertengahan. Mereka juga menguasai Jalur Sutra yang terkenal sebagai penghubung dua dunia untuk pertukaran dagang, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Meski berikutnya Kekaisaran Mongol terpecah menjadi Kekaisaran Ilkhanat, Gerombolan Emas, Dinasti Yuan, dan Chagatai, tatanan dunia berubah secara stabil. Hal tersebut disebabkan pengaruh berbagai budaya dan jalur perdagangan dunia yang dikuasai Kekaisaran Mongol.
Tatanan ini, oleh para ahli sejarah abad pertengahan, disebut sebagai Pax Mongolica (Perdamaian di bawah Mongol). Nama ini meniru frasa Pax Romana (Perdamaian di bawah Romawi).
Kenyamanan Jalur Sutra oleh Pax Mongolica
Dengan jatuhnya seluruh Jalur Sutra di dalam kekuasaan, Kekaisaran Mongol mendulang kejayaan dengan memaksakan otoritasnya. Otoritas yang diterapkan oleh Kekaisaran Mongol membuat Jalur Sutra yang awalnya dianggap sebagai jalan yang berbahaya bagi pelancong, menjadi terkendali secara keamanan.
Tidak jarang, sejak perluasan ke Asia Tengah mengikuti Jalur Sutra, kekaisaran Mongol menempatkan garnisun tentara permanen. Berbagai patroli dilakukan, yang pada awalnya untuk mendukung mobilisasi tentara ke negeri-negeri jauh, membuatnya lebih aman dari bandit dan perampok. Satu-satunya yang sangat signifikan menganggu di Jalur Sutra adalah musim ekstrem.
Berkat keamanan yang stabil, perdagangan internasional dalam sejarah abad pertengahan era Pax Mongolica berkembang pesat.
Distribusi komoditas eksotis dan mewah tersebar begitu masif antara dunia Timur dan Barat. Hal ini, yang kemudian, mendorong kalangan pedagang bisa menjelajah lebih jauh mencari komoditas.
Pada masa Pax Mongolica ini, dalam sejarah abad pertengahan, menghadirkan penjelajah dari negeri jauh untuk mendeskripsikan berbagai peradaban dunia, seperti Marco Polo, Ibnu Batutah, dan Bar Sauma.
Penjelajahan melintasi Jalur Sutra ini tentunya tidak lepas dari kemasyhuran rute tersebut yang dikontrol oleh Kekaisaran Mongol. Kontrol yang diterapkan adalah dengan sistem tunggal tarif perdagangan dan pajak.
Sistem ini berbeda dari masa sebelumnya, ketika berbagai kerajaan dan suku menguasai Jalur Sutra secara terpisah dan mempunya sistem tarif berbeda yang menganggu pedagang.
Toleransi umat beragama
Sejarah abad pertengahan dipenuhi oleh cerita Perang Salib di mana terdapat perang antara dua agama besar: Islam dan Kekristenan. Konflik yang berfokus di Eropa dan Timur Tengah itu berjilid-jilid hingga beberapa abad.
Pada Perang Salib IX (1271–1272), Kekaisaran Mongol di bawah komando Hulagu Khan datang. Desas-desus kekejaman Mongol yang semakin dekat sudah terdengar sejak awal dan menjadi kekhawatiran baik oleh kekristenan Eropa maupun muslim Timur Tengah.
Memang, Kekaisaran Mongol cukup keji dalam cerita sejarah abad pertengahan ketika menaklukkan kota dan kerajaan. Kedatangan mereka yang sempat menghancurkan Bagdad pada 1258, menghubungkan Mongol dengan bangsa Ya'juj dan Ma'juj dalam cerita akhir zaman Islam dan Kekristenan.
Nyatanya, kehidupan Pax Mongolica tidak semengerikan itu. Kehidupan umat beragama baik muslim dan kristiani dilindungi, walau para pemimpin Mongol beragama Buddha atau Tengrisme (agama tradisional Mongolia).
Berkat kekuasaan Mongol pula, Islam bisa menyebar ke Eropa Timur jauh sebelum Kekaisaran Ottoman berdiri. Penyebarannya semakin pesat ketika para pemimpin Gerombolan Emas dan Ilkhanat mualaf.
Agama Kristen Nestoria juga mengalami kebangkitan, terlebih keluarga Hulagu Khan juga ada yang memeluk agama ini. Bar Sauma, penjelajah dari Tiongkok yang bisa berjalan ke Eropa Barat juga adalah pemuka agama Kristen Nestoria.
Jalur Sutra yang lebih aman juga memungkinkan agama Buddha masuk ke Tiongkok lebih besar pada masa Dinasti Yuan, ketimbang pada masa awal penyebarannya era Dinasti Han.
Perpecahan Mongol yang menyurutkan Pax Mongolica
Pax Mongolica tidak selamanya berjaya dalam sejarah abad pertengahan. Hal itu disebabkan oleh Jalur Sutra yang pada awalnya adalah penopang Kekaisaran Mongol.
Surutnya Pax Mongolica didorong oleh wabah hitam yang merebak pada abad ke-14. Jalur Sutra berperan dalam penyebaran penyakit ini di Eropa, Timur Tengah, dan Tiongkok. Wabah ini menyebabkan kematian besar-besaran di Eropa dan Asia yang bisa disebut sebagai depopulasi parah.
Menjelang naiknya Kubilai Khan yang juga memimpin Dinasti Yuan, Kekaisaran Mongol mengalami perpecahan. Mereka terbagi menjadi empat kekhanan: Ilkhanat, Dinasti Yuan, Chagatai, dan Gerombolan Emas yang pada awalnya adalah pembagian zona militer.
Perpecahan ini menyebabkan para pewaris saling berperang dan beraliansi dengan musuh saudara mereka. Misal, Kekaisaran Ilkhanat cenderung beraliansi dengan kerajaan-kerajaan Eropa untuk melawan Gerombolan Emas. Gerombolan Emas sendiri berpihak dengan Kesultanan Mamluk.
Dinasti Yuan juga pada penghujung abad ke-14 juga mengalami perpecahan pewaris dan terancam oleh berbagai pemberontakan seperti Pemberontakan Serban Merah. Pada 1468, Dinasti Yuan jatuh di Dadu (nama lawas Beijing) dan digantikan oleh Dinasti Ming.