300 Tahun Immanuel Kant: Mengenang sang Filsuf Pencerahan dari Jerman

By National Geographic Indonesia, Selasa, 23 April 2024 | 17:31 WIB
Potret Immanuel Kant yang dilukis oleh Johann Gottlieb Becker (1639–1711), seniman asal Denmark. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Tahun ini menandai peringatan 300 tahun kelahiran Immanuel Kant, yang dipandang sebagai salah satu tokoh filsafat utama Jerman pada Zaman Pencerahan. 

Sebagai penghormatan kepada Kant dan prinsip-prinsipnya yang kekal, Goethe-Institut Indonesien bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta dan Komunitas Salihara mempersembahkan rangkaian simposium yang terdiri dari diskusi dan ceramah mulai April hingga November 2024 di Jakarta dan Bandung.

Kant lahir tanggal 22 April 1724 di Königsberg (kini dikenal dengan nama Kaliningrad) dan meninggal dunia di kota yang sama pada 12 Februari 1804 di usia 79 tahun. Salah satu karya terpentingnya adalah Kritik atas Akal Budi Murni (Critique of Pure Reason), yang diterbitkan tahun 1781 dan dianggap sebagai sebuah tonggak pemikiran filsafat.

Acara pembuka rangkaian simposium adalah ceramah Profesor Matthias Lutz-Bachmann (Goethe-Universität Frankfurt, hadir secara daring) dan Profesor Franz Magnis-Suseno (Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta) yang akan berlangsung di GoetheHaus Jakarta tanggal 22 April 2024—bertepatan dengan hari kelahiran Kant—mulai pukul 18.00 WIB.

Ceramah ini akan mengusung topik besar ”On Law, Politics, and Religion: Kantian Strengths, Limits, and Practices within Indonesia & Global Context”. Ceramah ini dapat juga disaksikan secara daring melalui kanal YouTube Goethe-Institut Indonesien, berhubung kapasitas ruangan symposium sudah terisi penuh. 

Profesor Matthias Lutz-Bachmann akan menyampaikan topik “Peace through Law? On the Strengths and Limits of Kant’s Political Philosophy“ yang membahas tatanan politik rasional dari Kant yang didasarkan atas klaim universalitas dan klaim kesahihannya yang tidak bersyarat.

Profesor Franz Magnis-Suseno akan memberi presentasi berjudul “Can Indonesian Politics Learn Something from Kant?“ untuk merenungkan tantangan yang masih terus dihadapi Indonesia dalam kaitan dengan tata kelola pemerintahan dan demokrasi, serta perlindungan hak asasi manusia.

Acara ini akan dilanjutkan dengan diskusi bersama yang dipandu oleh Retno Daru Dewi G.S. Putri (Jurnal Perempuan) sebagai moderator.

“Dua aspek pemikiran Kant yang menurut saya paling relevan adalah kaitan antara isu identitas dan isu moralitas dan, kedua, terbentuknya martabat dan kebebasan umat manusia. Keduanya berhubungan erat dengan topik acara pembukaan simposium, yang berfokus pada hukum, politik, dan agama. Beragam presentasi dalam rangkaian simposium ini akan menyoroti Kant sebagai seorang pemikir kosmopolitan yang ide-idenya masih memiliki relevansi hingga kini,” ucap Dr. Ingo Schöningh, Kepala Bagian Program Budaya Goethe-Institut Indonesien.

Jadwal rangkaian simposium dapat diakses di sini