Nationalgeographic.co.id—Memperingati Hari Kartini dan menyambut Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada tanggal 24 Juli, Tim Nasional Kebaya Indonesia bekerja sama dengan Bentara Budaya Jakarta menyelenggarakan Temu Komunitas Pencinta Kebaya.
Acara yang berlangsung pada Sabtu, 27 April ini dihadiri oleh Sidarto Dhanusubroto selaku Dewan Pertimbangan Presiden dan 11 komunitas penggagas Hari Kebaya Nasional, yaitu: Perempuan Indonesia Maju, Pencinta Sanggul Nusantara, Perempuan Berkebaya Indonesia, Pertiwi Indonesia, Kebaya Foundation, Komunitas Notaris Indonesia Berkebaya, Himpunan Ratna Busana Surakarta, Cinta Budaya Nusantara, Rampak Sarinah, Citra Kartini Indonesia, Warisan Budaya Indonesia Foundation, dan perwakilan komunitas budaya lainnya.
Acara ini diisi dengan Talkshow bertajuk "Kebaya Nusantara Pemersatu Bangsa" yang menghadirkan narasumber dari Tim Nasional Kebaya Indonesia, yaitu Lana T Koentjoro, Miranti Serad Ginanjar, RAy.Febri Hapsari Dipokusumo, dan Dr.Suciati, SPd, MDs dari Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Lana T Koentjoro selaku Ketua Tim Nasional Kebaya Indonesia menyampaikan bahwa Hari Kebaya Nasional telah ditetapkan pada tanggal 24 Juli melalui Keputusan Presiden no. 19 tahun 2023.
Ia pun berharap agar seluruh komunitas pecinta kebaya, lembaga dan organisasi, serta institusi pendidikan dapat terus menggaungkan kebaya dengan berbagai kreativitas.
Sementara itu, Miranti Serad Ginanjar dalam talkshow tersebut menekankan pentingnya pelestarian kebaya melalui kurikulum tata busana di sekolah.
Pada kesempatan yang sama, Dr.Suciati SPd, MDs memaparkan pengertian kebaya beserta berbagai jenisnya yang ada di Indonesia. Sedangkan RAy.Febri Hapsari Dipokusumo mengenalkan berbagai jenis kain batik yang memiliki makna filosofis dan perlu dipahami dalam penggunaannya.
Acara ini semakin semarak dengan peragaan kebaya oleh Arsita Craft by Arsita Resmisari dan tutorial kebaya encim Betawi serta sanggul cepol yang dibawakan oleh Pencinta Sanggul Nusantara.
Temu Komunitas Pencinta Kebaya ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk mempererat silaturahmi antar komunitas pecinta kebaya, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebaya sebagai warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan.
Baca Juga: Salah Kaprah Sejagat, Reog dan Batik Tidak Diklaim Negara Tetangga