National Geographic Indonesia Merapah Rempah: Kabar dari Selat Malaka 

By National Geographic Indonesia, Selasa, 18 Juni 2024 | 08:24 WIB
KRI Dewaruci berlabuh di pelabuhan Tanjung Kaluang, Belitung Timur pada 10 Juni 2024 dalam Muhibah Budaya Jalur Rempah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pelayaran ini dilepas pada 7 Juni dan rencana berakhir pada 17 Juli 2024. (Feri Latief)

Nationalgeographic.co.id—Bersama KRI Dewaruci, Sang Angsa Putih yang anggun melegenda, National Geographic Indonesia akan melayari rute dagang kuno dan menziarahi jejak-jejak perjumpaan Jalur Rempah. 

Rempah telah menjadi bagian takdir kita. Sejak ribuan tahun silam, cita rasa dan aroma rempah telah menggerakkan pelayaran menuju kepulauan kita. Begitu berharganya rempah, sampai-sampai para pedagang merahasiakan asal-usul rempah.

Tanpa kita sadari, peradaban dunia pun dibangun dari rempah-rempah. Temuan remah rempah di permukiman zaman Mesopotamia, permakaman para firaun Mesir kuno, catatan naskah kuno sampai penuturan kitab-kitab suci telah menunjukkan betapa rempah menjadi bagian tak terpisahkan dari peradaban.  

Litografi bertajuk 'Riouw' karya S.A. Buddingh, sekitar 1859-1861) dalam Neerlands-Oost-Indie. (Public Domain)

Apabila Indonesia memiliki kebinekaan—baik budaya maupun genetika—rempahlah yang telah membentuknya. Jalur rempah telah memungkinkan segala pertukaran antarbangsa lintas benua dan lintas samudra—tidak hanya soal rempah tetapi juga pertukaran teknologi, pengetahuan, seni, budaya, sampai agama.

Mahandis Yoanata Thamrin dan Okky Anak Dolan bersama Laskar Rempah Batch-2 akan menyusuri celah perairan nan ramai antara Sumatra dan Semenanjung Malaya. Selama pelayaran itu mereka akan menyinggahi kota-kota pesisirnya sembari menghimpun narasi tentang relasi rempah dan budaya setempat. Sebuah perjalanan bersejarah, mereka mengarungi dan menapak tilas rute dagang kuno Jalur Rempah.

"Sungguh bangga menjadi bagian dalam Muhibah Budaya Jalur Rempah di sisi barat Nusantara bersama KRI Dewaruci yang begitu sohor," ujar Mahandis Yoanata Thamrin, Managing Editor National Geographic Indonesia. "Enam puluh tahun silam, pada awal 1964, kapal ini memulai misi perdananya mengelilingi dunia melintasi Selat Malaka. Kini, kami berlayar bersamanya dan singgah di perwakilan kota penting di Pantai Timur Sumatra dan Semenanjung Malaya untuk memaknai jalur yang turut membentuk keberagaman Nusantara. Kita adalah sanubari yang terbentuk atas perjumpaan-perjumpaan pada ribuan tahun silam."

'Kabar dari Selat Malaka' merupakan laporan jurnalistik National Geographic Indonesia dalam Muhibah Budaya Jalur Rempah - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. (National Geographic Indonesia)

Okky Anak Dolan pun mengungkapkan suka citanya saat memulai perjalanan ini. "Harapan dari pelayaran jalur rempah ini," ujarnya,  "semoga menumbuhkan kebanggaan akan jati diri daerah-daerah di Indonesia dan memperkuat jejaring interaksi budaya antar daerah sehingga memperteguh ikatan ke-Indonesiaan. Selain itu juga guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarian, mengembangan dan memanfaatkan warisan budaya jalur rempah untuk pembangunan berkelanjutan." 

Program ini dibingkai dengan tajuk "Muhibah Budaya Jalur Rempah", yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Dalam semangat kebaharian, pelayaran ini diharapkan akan menemukan kembali bagaimana narasi masa silam mampu menjelma sebagai kekuatan masa depan Nusantara.

“Tujuan akhir dalam pelayaran ini bukan hanya menumbuhkan minat pada sejarah kemaritiman, namun juga menggali warisan budaya kemaritiman lainnya seperti KRI Dewaruci yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya dan juga tapak sejarah lainnya di persinggahan pelayaran kapal," ucap Hilmar Farid, Direktur Jendral Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, saat melepas misi pelayaran muhibah ini di Lapangan Komando Lintas Laut Militer di Jakarta Utara pada 7 Juni silam. "Lebih dari itu, kita memiliki banyak praktik-praktik tradisional yang berkaitan dengan kemaritiman, dan semua itu harus kita lestarikan.”

Baca Juga: KRI Dewaruci Angkat Sauh, Memulai Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024