Nationalgeographic.co.id—Kolaborasi antara Jakarta International Literary Festival 2024 dengan Jakarta Content Week (2024 JILF x JakTent) merupakan sebuah usaha pembacaan, penerjemahan, dan perluasan literasi dari tingkat lokal hingga global.
Demikian salah satu paparan yang disampaikan oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam pembukaan 2024 JILF-JakTent di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (27/11/2024).
"Kolaborasi ini juga bentuk kepedulian para pegiat literasi dan konten kreatif untuk menjadikan Jakarta sebagai hub literasi di wilayah Asia Tenggara dan mungkin di dunia," lanjut Fadli.
Apalagi, menurut pria yang pernah menjabat sebagai Dewan Redaksi di majalah sastra Horizon tersebut, 2024 JILF-JakTent juga "Bagian dari upaya mempromosikan kebudayaan Indonesia ke dunia internasional."
Pendapat ini didorong oleh pelibatan banyak penulis dan pelaku kreatif dari mancanegara seperti dari Ukraina, Palestina, Malaysia, Filipina, Thailand, Iran, dan Jepang, dalam acara yang digelar 27 November sampai 1 Desember 2024 di Taman Ismail Marzuki itu.
Hal ini sejalan dengan rencana Fadli untuk membentuk sebuah direktorat jenderal khusus di Kementerian Kebudayaan yang melakukan promosi, kerjasama, serta diplomasi kebudayaan.
"Melalui kebijakan yang memfasilitasi kreativitas, memperluas jejaring internasional, meningkatkan literasi di masyarakat, kita sama-sama menjadikan sastra Indonesia sebagai tonggak peradaban dunia," ungkapnya.
Pria yang lahir di Jakarta pada 1 Juni 1971 tersebut juga sempat menyinggung tentang beberapa tema yang diusung oleh JILF dalam perhelatan pada tahun-tahun sebelumnya, yang menurutnya, memperkaya pengetahuan masyarakat dengan "Menggarap isu-isu sastra mutakhir dari tingkat lokal sampai global."
Sementara untuk tema JILF tahun ini, yaitu “F/acta: Words & Actions Aligned on Eco-Literature” dinilai oleh Fadli sangat selaras dengan tema JakTent, yaitu “Shared Culture, Shared Future”, sekaligus mampu mengakrabkan persoalan-persoalan yang relevan dibawa oleh sastra kepada masyarakat luar.
Caranya bisa melalui berbagai format agenda, dari diskusi panel, pameran, pertunjukan, dan lokakarya yang, dalam pandangan Fadli, pada akhirnya mampu menunjukkan kekayaan penjelajahan estetika dan tematik dalam produk sastra Indonesia.
Baca Juga: JILF 2024: Kata-kata dan Tindakan Selaras pada Sastra Ekologi