"Menulis novel panjang membutuhkan waktu satu setengah tahun rata-rata, tetapi meskipun karya ini hanya sepertiga dari panjang novel yang biasanya saya tulis, saya membutuhkan waktu dua kali lipat untuk menerjemahkannya," papar wanita yang juga kerap menulis puisi tersebut.
Ia kemudian mencontohkan kesulitan dalam menerjemahkan konsep "kazahana" yang dalam bahasa Jepang berarti "salju yang jatuh dengan jarang" bisa memiliki beragam arti dan nuansa emosi yang berbeda. Namun, penerjemah bisa menangkapnya dengan baik sesuai dengan maksud si penulis.
Bencana Fukushima dan novel yang berubah
Penulis buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai "Istana Naga" tersebut kemudian beralih ke pembahasan tentang bagaimana peristiwa dunia nyata dapat mempengaruhi karya sastra. Ia menceritakan bagaimana gempa bumi dan tsunami Fukushima pada tahun 2011 telah mengubah pandangannya tentang novel pertamanya, "Kamisama".
Novel yang awalnya menggambarkan hubungan yang hangat antara seorang manusia dan seekor beruang, harus direvisi untuk mencerminkan realitas baru yang suram, di mana kontaminasi radioaktif mengubah lanskap dan kehidupan masyarakat.
Ia lalu menjelaskan bagaimana novel "Kamisama" lalu mengalami perubahan sebanyak 100 karakter, dari total 4.000 karakter yang ada di novel tersebut. Perubahan tersebut dilakukan sebagai responnya terhadap bencana di Fukushima.
Namun, "Meskipun hanya sekitar 100 karakter yang berbeda, pemandangan yang terungkap sangat berbeda dari novel aslinya," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa membaca novel berarti mengapresiasi dan menilai seberapa baik karya tersebut bertahan menghadapi perubahan-perubahan dalam masyarakat.
"Menulis novel berarti terus mengamati perubahan-perubahan ini dan mencoba mengungkapkan sesuatu yang akan tetap abadi, terlepas dari perubahan zaman," tegas Kawakami.
Pertanyaan berulang selama 13 tahun
Pengarang "Sensei No Kaban, Hanya Ruang Kosong Nan Sepi Yang Terbentang" tersebut lalu kembali mengulas tentang bagaimana bencana nuklir di Fukushima pada 2011 telah membuatnya terjebak dalam pertanyaan yang sama selama 13 tahun.
Baca Juga: JILF 2024: Kata-kata dan Tindakan Selaras pada Sastra Ekologi