Melalui Ritual Ini, Sepasang Sapi Suci Ramal Hasil Panen Thailand

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 17 Mei 2018 | 08:52 WIB
Upacara pembajakan ini merupakan tradisi tahunan yang diselenggarakan Kerajaan Thailand. (Panupong Changchai/Thai News Pix/AFP)

Pada Senin (14/5) lalu, Kerajaan Thailand mengadakan ritual tahunan untuk meramal nasib negara tersebut satu tahun ke depan.

Setelah sepasang sapi suci di istana mengunyah rumput serta meminum air dan alkohol yang disediakan, para astrologi mengatakan, Thailand kemungkinan akan memiliki hasil panen yang berlimpah.

Baca juga: Glen Mahe, Ritual Ucapan Syukur Suku Tana Ai Boganatar di Flores

Raja Thailand, Maha Vajiralongkorn, memimpin upacara “pembajakan Kerajaan” yang penuh warna tersebut. Sementara para pendeta Brahmana menuntun kedua sapi suci di lapangan dekat Grand Palace Bangkok.

Raja Thailand, Maha Vajiralongkorn, memimpin upacara. (Panupong Changchai/Thai News Pix/AFP)

Upacara ini dilaksanakan setiap tahun di Thailand untuk menandakan dimulainya musim tanam padi. Thailand sendiri merupakan salah satu eksportir beras terbaik di dunia.

Para peramal kerajaan memprediksi nasib negara tersebut berdasarkan makanan apa yang dipilih kedua sapi setelah pembajakan. Ada beberapa jenis yang ditawarkan, yakni semangkuk nasi, jagung, kacang hijau, wijen, air, minuman keras, dan rumput.

Para warga Thailand percaya, ritual ini bisa memprediksi nasib panen Thailand. (Panupong Changchai/Thai News Pix/AFP)

Menurut keterangan pemerintah, tahun ini, sapi suci tersebut memilih air, rumput, dan minuman keras. “Artinya nasi, buah-buahan, dan makanan akan berlimpah di Thailand,” ujar Thanit Anekwit, dari Kementerian Pertanian.

“Minuman keras juga berarti komunikasi dan perdagangan Thailand dengan negara lain akan berjalan baik,” tambahnya.

Baca juga: Kisah Menyelami Ritual Indah di Perbatasan India-Pakistan

Setelah ritual selesai, para penduduk menyerbu lapangan untuk mengumpulkan “beras keberuntungan” yang tersebar di tanah selama pembajakan.

Upacara pembajakan Kerajaan ini, diselenggarakan kembali pada 1960, setelah sebelumnya berhenti di 1920. Ia biasanya dilaksanakan setiap Mei. Tanggalnya ditentukan oleh ahli astrologi dan para pendeta Brahmana.