Di Desa Kecil Ini, Buaya Dianggap Seperti Leluhur Manusia

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 21 Juni 2018 | 17:06 WIB
Pemandangan warga yang duduk di atas buaya adalah hal biasa di desa Bazoule. (Olympia De Maismont/AFP)

Buaya mungkin menjadi salah satu predator paling mematikan di kerajaan hewan. Namun, di desa kecil di Burkina Faso ini, mereka justru dianggap sahabat manusia. Pemandangan warga yang duduk di atas badan buaya adalah hal biasa.

Orang-orang di Bazoule, desa yang terletak 30 kilometer dari ibu kota Ougadougou, berbagi kolam mereka dengan lebih dari 100 reptil bergigi tajam ini.

Baca juga: Biksu Millenial di Mongolia Berusaha Beradaptasi dengan Dunia Modern

“Kami sudah terbiasa dengan keberadaan buaya sejak kecil. Bahkan, kami berenang bersama  mereka,” papar Pierre Kabore, saat diwawancarai hanya beberapa meter dari buaya yang sedang memakan ayam.

“Saat ini, kami dengan mudah mendekati mereka dan duduk di atasnya. Jika memiliki keberanian lebih, Anda bisa berbaring juga di sana. Tidak pernah ada masalah. Mereka adalah buaya-buaya suci dan tidak akan melukai manusia,” tambah Kabore.

Menurut legenda setempat, hubungan mengejutkan dengan predator ini sudah terjalin sejak abad ke-15. Desa ini sedang mengalami kekeringan ketika buaya membawa seorang wanita ke kolam persembunyiannya. Dengan adanya kolam tersebut, warga desa pun bisa menghilangkan rasa hausnya.

“Penduduk kemudian melakukan perayaan sebagai tanda terima kasih,” cerita Kabore.

Perayaan yang dikenal dengan nama Koom Lakre ini masih diselenggarakan setiap tahunnya. Warga desa membuat pengorbanan dan meminta buaya untuk mengabulkan permintaan mereka akan kesehatan, kemakmuran, dan hasil panen yang baik.

Baca juga: Menari Sambil Mabuk, Tradisi Piknik Musim Dingin Warga India

Dianggap jauh dari ancaman, buaya justru memiliki koneksi mistis dengan Bazoule.

“Buaya direpresentasikan sebagai jiwa nenek moyang kami. Jika salah dari mereka mati, maka akan dikuburkan selayaknya manusia,” imbuhnya.

Menurut Kabore, buaya menangis jika kemalangan akan menimpa desa. Para tetua bertugas untuk mengartikan tangisan buaya lalu membuat permohonan untuk menangkal nasib buruk.