Seekor gorila dataran rendah barat bernama Koko, yang terkenal karena kemampuannya berkomunikasi dengan bahasa isyarat, meninggal dalam tidurnya di usia ke-46, pada Selasa (19/6).
Keahlian Koko berbahasa isyarat telah membuat penasaran para peneliti primata. Namun, pada akhirnya, kasih sayang serta kecerdasan Koko yang seperti manusia lah yang menyentuh hati banyak orang.
Koko lahir di Kebun Binatang San Fransisco pada 1971, bersamaan dengan Hari Kemerdekaan AS. Oleh karena itu, ia diberi nama Hanabiko – yang dalam bahasa Jepang berarti “anak kembang api”.
Baca juga: Burung Pipit Rawa Berkicau dengan Nada yang Sama Selama Seribu Tahun
Pada ulang tahun pertamanya, “pengasuh” Koko yang merupakan psikolog hewan, Francine Patterson, telah menunjukkan kepadanya cara menggunakan tangan untuk berkomunikasi.
Belum jelas berapa banyak isyarat tangan yang telah dipelajari Koko sepanjang hidupnya, tapi kira-kira mencapai seribu jenis – termasuk simbol universal yang biasa digunakan manusia. Menurut The Gorilla Foundation, Koko juga mampu memahami dua ribu kata dalam Bahasa Inggris.
Selain bahasa, Koko juga menunjukkan emosi yang sama seperti manusia. Dari semua tingkah lakunya, yang membuat Koko spesial adalah selera humor dan keinginannya untuk bermain-main.
Cynthia Gorney, kontributor tulisan National Geographic, pernah mewawancarai Koko pada 1985. Pertama-tama, Koko tidak menunjukkan sikap hangat kepada Gorney. Bahkan, ia menyebut Gorney sebagai toilet menggunakan bahasa isyarat.
“Ini membuat Patterson menegurnya: ‘Koko! Itu tidak baik.’”, kenang Gorney.
Namun, saat wawancara, Koko mulai menerima kehadiran Gorney. Ketika Gorney bertanya ke mana gorilla pergi ketika mereka mati, Koko menjawab dengan bahasa isyarat yang menunjukkan arti “Comfortable hole bye”.