Roti Tertua Berusia 14.500 Tahun Ditemukan di Situs Arkeologi Yordania

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 20 Juli 2018 | 13:20 WIB
Struktur yang diduga sebagai perapian -- tempat ditemukannya roti tertua. (Alexis Pantos/University of Copenhagen)

Sisa-sisa roti berusia 14.500 tahun yang terbuat dari gandum dan umbi-umbian, ditemukan di sebuah perapian batu di situs arkeologi Gurun Hitam di Yordania.

Meskipun para arkeolog dan sejarawan telah lama mengaitkan proses memanggang roti dengan munculnya pertanian di zaman Neolitikum, namun remah-remah yang baru ditemukan ini lebih tua 5000 tahun dari penemuan sebelumnya. Selama ini, roti tertua yang ada berasal dari situs berusia 9.100 tahun di Turki.

Baca juga: Bayi Ular Tertua dari Era Dinosaurus Ditemukan dalam Sebuah Ambar

Pada dasarnya, membuat roti dilakukan dengan mencampur tepung dan air untuk menciptakan adonan. Kemudian, kita memanggang, menggoreng, atau mengukus adonan tersebut.

Sementara itu, roti yang ditemukan di situs Gurun Hitam, terbuat dari sereal seperti jelai dan gandum, dan dicampurkan dengan tepung umbi dari Bolboschoenus glaucus (bulrush -- tanaman yang hidup di perairan dangkal).

Hasil pindai dari remah-remah roti yang ditemukan. (Proceedings of the National Academy of Sciences)

Situs Gurun Hitam sendiri pernah menjadi tempat tinggal kelompok masyarakat pemburu-pengumpul dari Zaman Batu yang dikenal dengan nama Natufian. Mereka awalnya menerapkan gaya hidup nomaden, namun beralih ke menetap.

Natufian memasak makanannya, termasuk roti tersebut, di perapian bulat dan besar yang dibangun di lantai pondok mereka dengan batu basal.

Para peneliti pun mencoba membuat ulang roti yang sesuai dengan milik Natufian untuk mengetahui rasanya. Mereka juga menggunakan tepung umbi dari bulrush.

“Rasanya asin serta sedikit manis, dan teksturnya agak berpasir,” ujar Amaia Arranz-Otaegui, ahli arkeobotani dari University of Copenhagen, kepada Reuters.

Baca juga: Lokasi Pembuatan Mumi Mesir Kuno Ditemukan, Seperti Apakah?

Karena kini peneliti berhasil menemukan roti kuno itu, Arranz-Otaegui dan rekannya menduga bahwa para Natufian memasaknya tepat sebelum mereka meninggalkan lokasi. Roti tersebut mungkin dianggap sebagai camilan bergizi yang mudah dibawa dalam perjalanan.

Namun, di sisi lain, proses pembuatan roti yang cukup rumit (menggiling sereal, mengaduk adonan, serta memanggangnya terlebih dahulu) menunjukkan bahwa makanan ini mungkin disajikan untuk pesta atau acara-acara khusus.