Bentuk Rumit Otak Einstein dan Pengaruhnya Terhadap Kecerdasan

By National Geographic Indonesia, Kamis, 26 Juli 2018 | 11:15 WIB
Penelitian mengungkap bahwa otak Einstein memiliki beberapa perbedaan karakteristik dibanding otak m (NMHM, SILVER SPRING, MD)

Nationalgeographic.co.id - Bagi yang belum pernah melihat, gambar di atas adalah foto otak Albert Einstein. Tahun 1955, setelah Einstein meninggal, ahli patologi dari Princeton University, Thomas Harvey, mengambil otak sang genius itu lewat autopsi. Ia berharap kecerdasan bisa terungkap dengan meneliti otak tersebut.

Baca juga: Cermati! Benda-Benda di Rumah Berpotensi Menjadi Penyebab Kanker

Beragam penelitian kemudian nyatanya memang mengungkap beberapa keunikan otak Einstein yang diduga terkait dengan kecerdasannya. Tahun 1985, peneliti bernama Marian Diamond mengungkap bahwa otak Einstein memiliki lebih banyak sel glial sehingga organ tersebut mampu bekerja lebih efektif. Hasil penelitian ini menarik namun dianggap kurang dapat dipercaya.

Tahun 1995, penelitian lain mengungkap bahwa memiliki bagian lobus parietal yang ukurannya 15 persen lebih besar dari orang normal dan tidak memiliki celah yang biasanya didapati pada orang umumnya. 

Lobus parietal bertanggungjawab pada kemampuan spasial dan matematis. Ukuran yang besar menunjukkan kemampuan matematis yang lebih tinggi. Sementara dengan tak adanya celah, sel-sel dalam lobus parietal otak Einstein mampu berkomunikasi lebih cepat sehingga mendukung kemampuan berpikir.

Albert Einstein (cupegraf.com)

Tahun 2012, hasil penelitian Dean Falk dari Florida State University dan rekannya menunjukkan bahwa bagian depan otak depan, bagian somatosensori, motor primer, lobus parietal, korteks temporal, dan oksipitalis pada otak Einstein istimewa. Dengan keistimewaan itu, Einstein memiliki kemampuan penglihatan, spasial, dan matematis yang istimewa.

Riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal Brain pada 24 September 2013, seperti diberitakan Huffington Post,  kembali mengungkap keunikan otak sang genius. Riset yang juga dilakukan oleh Dean Falk tersebut menemukan bahwa corpus callosum, bagian yang menghubungkan bagian kiri dan kanan otak, unik.

Baca juga: Mengapa Makam Keturunan Bangsa Viking Bisa Ditemukan di Italia?

Setelah membandingkan dengan corpus callosum dari 15 pria tua dan 52 pria yang lebih muda yang hidup pada tahun 1905, Falk menemukan bahwa bagian corpus callosum Einstein lebih tebal sehingga mendukung komunikasi antara dua bagian otak yang lebih baik, membuat Einstein punya kecerdasan lebih tinggi.