Suhu Meningkat, Tanah dan Mikroba Semakin Aktif Menyumbang Karbon

By Mar'atus Syarifah, Jumat, 3 Agustus 2018 | 10:52 WIB
Ilustrasi hutan. (Thinkstockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Hutan merupakan tempat penyimpan karbon terbesar di dunia. Bukan hanya pada pohon dan tanaman lainnya, karbon juga tertampung di tanah.

Temuan terakhir mengungkapkan bahwa karbon yang tersimpan akan mengalami peningkatan ketika terlepas ke atmosfer. Ternyata, peningkatan karbon terjadi karena peran serta mikroba. Fakta ini sempat membuat sejumlah peneliti kebingungan.

Sebuah pertanyaan kemudian muncul, mengapa mikroba yang sudah ada sejak awal Bumi tercipta baru saat ini menyebabkan peningkatan terhadap jumlah karbon?

Baca Juga: ‘Gemeletuk Kematian’, Penanda Datangnya Waktu Kematian Seseorang

Mikroba ternyata bereaksi terhadap suhu yang lebih hangat. Mereka makan lebih sering saat suhu meningkat. Sejalan dengan itu, makanan yang disukai mikroba ternyata banyak mengandung karbon. Ketika mereka memproses makanannya, mereka mengubah "gudang karbon" menjadi karbon dioksida yang kemudian terlepas ke atmosfer.

Hal tersebut tentu mengkhawatirkan, mengingat proses pelepasan karbon ini lebih cepat dari proses penyerapan karbon oleh tanaman. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2 Agustus di Nature, mengungkapkan hal tersebut.

Mikroba yang mentransfer karbon dari tanah ke atmosfer telah meningkat 1,2 persen selama periode waktu 25 tahun, dari tahun 1990 hingga 2014.

Meskipun tidak tampak seperti perubahan besar, namun jika dilihat dalam skala global maka perubahannya akan terasa sangat besar. Temuan ini konsisten dengan prediksi yang telah dibuat oleh para ilmuwan tentang bagaimana Bumi dapat merespon suhu yang lebih hangat.

"Penemuan ini didapatkan berdasarkan pengamatan di dunia nyata. Ini bukan eksperimen laboratorium yang dikontrol ketat. Tanah di seluruh dunia merespon iklim yang memanas, yang pada gilirannya dapat menyumbang lebih banyak karbon menjadi karbon dioksida ke atmosfer. Perubahan tanah ini berpotensi berkontribusi terhadap suhu yang lebih tinggi sebagai reaksi,” ungkap Ben Bond-Lamberty dari Joint Global Change Research Institute.

Secara global, tanah memiliki sekitar dua kali lebih banyak karbon daripada atmosfer Bumi. Karbon itu akan berdampak besar pada planet Bumi. Dengan mempelajari sistem respirasi tanah, maka kita dapat menemukan jawaban bagaimana mikroba mengambil zat seperti karbon untuk bertahan hidup.

Baca Juga: Video: Wanita Jepang Rela Membayar untuk Menangis Bersama Pria Tampan

Tanah dan mikroba disebut "bernapas" karena mereka menyerap karbon sebagai makanan, kemudian mereka mengubah dan melepasnya. Proses tersebut serupa dengan apa yang dilakukan oleh manusia.

Peneliti mengungkapkan bahwa dalam rentang 25 tahun penelitian, proporsi respirasi tanah yang disebabkan oleh mikroba meningkat dari 54 menjadi 63 persen. Temperatur yang lebih hangat dapat mendorong lebih banyak aksi mikroba. Hal ini berpotensi menghasilkan lebih banyak karbon yang dilepaskan ke udara.

“Kami berharap bahwa dengan merangsang mikroba agar lebih aktif, tanah dapat menjadi penyerap karbon yang kuat, tetapi dengan meningkatnya tingkat respirasi tanah, Anda tidak akan memiliki tanah penyerap karbon," tutup Ben Bond-Lamberty.