Delapan Barang Berumur 50 Abad Milik Irak Dikembalikan Oleh Inggris

By Mar'atus Syarifah, Jumat, 10 Agustus 2018 | 13:57 WIB
Salah satu barang antik milik Irak yang akan dikembalikan oleh British Museum (British Museum)

Nationalgeographic.co.id - British Museum berencana mengembalikan koleksi barang antik berusia 5.000 tahun milik Irak. Barang antik tersebut merupakan hasil jarahan saat invasi pimpinan Amerika Serikat tahun 2003 yang disita dari seorang pedagang di London.

Seluruhnya terdapat delapan barang antik yang akan dikembalikan. Kedelapan benda tersebut disita oleh Scotland Yard selama operasi Mei 2003. Ia mencurigai penjual barang antik yang gagal menunjukkan bukti kepemilikan benda-benda tersebut.

Baca Juga: Jadi Sarang Bakteri dan Jamur, Kapan Kita Harus Mencuci Seprai?

Setelah diidentifikasi, benda-benda tersebut merupakan milik Irak dan diciptakan oleh orang Sumeria. Teks Sumeria yang terdapat pada benda antik tersebut menunjukkan mereka berasal dari kuil Eninnu di kota kuno Girsu — sekarang dikenal sebagai Tello, di Irak selatan. Kuil suci ini didirikan bagi dewa Ningirsu.

Artefak yang akan dipulangkan ini terdiri dari lima benda bertema Sumeria, dua Jemdet Nasr cap-seal (jimat berbentuk domba yang berbaring, bergambar sepasang hewan berkaki empat menghadap ke arah yang berlawanan), dan cap-seal Achaemenid bergambar sphinx berbaring.

Benda-benda itu akan akan diserahkan secara resmi ke Kedutaan Besar Irak dalam upacara kecil yang diadakan di British Museum pada hari Jumat (10/8/2018).

"Barang-barang tersebut identik dengan objek dari penggalian di Tello dan kemungkinan besar juga berasal dari situs yang sama," kata pihak British Museum.

Invasi tersebut diketahui mendorong sejumlah besar penjarahan di Irak. Salah satu target utamanya adalah barang antik. Hal ini dikarenakan pasukan setempat tidak dapat menjaga sejumlah besar situs dan tempat-tempat umum. Museum Nasional Irak juga hampir seluruhnya dijarah. FBI memperkirakan puluhan ribu barang telah hilang karena penjarahan tersebut.

"Penjarahan ini dilakukan secara diam-diam, mungkin dilakukan pada malam hari dan mungkin dilakukan oleh sejumlah kecil orang selama periode waktu tertentu karena skalanya tidak seluas atau sistematis seperti yang disaksikan di situs lain di Irak selatan," ungkap pihak British Museum lebih lanjut.

Sebagai bentuk apresiasi, duta besar Irak, Salih Husain Ali, memuji staf museum atas upaya luar biasa dari Inggris dalam mengidentifikasi barang antik.

Baca Juga: Hati-Hati Tertular Depresi! Ketahui Bagaimana Cara Penularannya

"Kerja sama antara Irak dan Inggris sangat penting untuk pelestarian dan perlindungan warisan Irak, perlindungan barang antik adalah tanggung jawab internasional dan di Irak kami bercita-cita bekerjasama secara global untuk melindungi warisan Irak dan mengembalikan benda-benda jarahannya," kata Salih Husain Ali.

Menanggapi pujian yang datang, Hartwig Fischer direktur British Museum berkata bahwa mereka berkomitmen untuk memerangi perdagangan gelap yang merusak warisan budaya. Perdagangan gelap warisan budaya merupakan sebuah masalah yang harus menjadi perhatian semua pihak.

“Saya senang bahwa kami dapat membantu mengembalikan benda-benda penting ini ke Irak. Ini adalah simbol hubungan kerja yang sangat kuat yang kita miliki dengan rekan-rekan Irak," kata Hartwig Fischer.