Hiu Nahas yang Terdampar di Pantai Parangkusumo Akhirnya Dikuburkan

By Gregorius Bhisma Adinaya, Selasa, 28 Agustus 2018 | 13:53 WIB
Proses penguburan hiu paus di pantai Parangkusumo. (Markus Yuwono/Kompas.com)

Nationalgeographic.co.id - Minggu (26/8/2018) kemarin, masyarakat dan wisatawan pantai Parangkusumo, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, dikejutkan oleh peristiwa terdamparnya seekor hiu paus dengan bobot satu ton.

Hiu dengan nama latin rhincodon typus ini terdampar di pantai Parangtritis dalam keadaan tidak bernyawa. Komandan SAR pantai Parangtritis, Ali Joko Sutanto mengatakan bahwa hiu dengan nama lain hiu tutul ini terdampar pada pukul 04.30 dan pertama kali ditemukan oleh Rinto dan Rafly, anggota SAR pantai Parangtritis.

Baca juga: Homo Sapiens Mengalahkan Neanderthal Saat Perubahan Iklim Terjadi

Sempat terkendala gelombang laut tinggi, proses pemindahan bangkai hiu paus ini pun baru dapat dilaksanakan pada hari Senin (27/8/2018) sore, pukul 18.00 WIB. Dengan bantuan alat berat, hiu dengan panjang empat meter ini pun dikubur setelah selesai dilakukan pemeriksaan terhadap organ dalam hiu nahas ini.

Penguburan dilakukan untuk menghindari adanya upaya pengambilan daging oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Sekadar info, daging hiu paus yang sudah mati ini rentan terhadap pertumbuhan bakteri, sehingga berbahaya bila dikonsumsi oleh manusia.

"Hiu paus ini masuk dalam kategori hewan yang dilindungi. Sesuai aturan, jika dalam keadaan mati, bangkai tidak bisa dimanfaatkan selain untuk keperluan penelitian," ungkap Kepala Seksi Pendayagunaan Laut Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) DIY, Suwarto, kepada wartawan pada hari Senin (27/8/2018) kemarin.

Mengenai penyebab kematian, Suwarto dan berbagai pihak lain pun masih menunggu hasil penelitian lebih lanjut. Namun, menurutnya, hiu yang masih kecil ini kemungkinan terpisah dari kawanan dan mengalami disorientasi arah sehingga kandas di pantai.

Baca juga: Piramida Raksasa, Kota yang Hilang, dan Ritual Pengorbanan Manusia Terungkap di Tiongkok

Untuk mendukung hal tersebut, dokter dan tim medis Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta, Yuni Tita Sari pun mengambil sampel usus, hati, dan sirip. Lebih lanjut, dr. Yuni menduga bahwa kematian hiu ini disebabkan oleh adanya pendarahan pada usus. Namun demikian, pihaknya masih tetap menunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut.