Peneliti Temukan Metode Mengurangi Konflik Manusia dengan Harimau

By Mar'atus Syarifah, Rabu, 29 Agustus 2018 | 11:05 WIB
Harimau Sumatra. (mccawleyphoto/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Nature Communications, mengungkap sebuah metode untuk mengukur geografis terkait usaha untuk meminimalisir konflik antara manusia dengan harimau.

Penelitian tersebut diyakini dapat membantu menjelaskan bagaimana penduduk desa di Sumatra hidup berdampingan dengan harimau. Bahkan, penelitian tersebut diharapkan dapat membantu mengurangi jumlah konflik hingga setengahnya dan menyelamatkan harimau dari perburuan.

Dr. Matthew Struebig, ilmuwan dari University of Kent, memimpin kolaborasi para ahli ekologi dan ilmuwan sosial untuk membantu memprediksi di mana koflik manusia dengan harimau bisa sangat efektif.

Harimau berada di ambang kepunahan karena deforestasi dan penganiayaan. Namun, di Sumatra harimau terus hidup berdampingan dengan manusia. Fenomena tersebut menawarkan wawasan untuk mengelola satwa liar yang berbahaya di tempat lain. Jutaan dana konservasi dihabiskan setiap tahun untuk mengurangi risiko manusia menghadapi hewan yang berbahaya, dan mengurangi kerugian yang akan dihadapi manusia.

Baca Juga: Kisah Putri Diana dan Paparazi yang Tak Pernah Berhenti Mengejarnya

Untuk mengungkap faktor pendorong konflik antara manusia dengan harimau, ilmuwan menggabungkan analisis spasial risiko perjumpaan harimau dengan informasi dari 2.386 orang Sumatra yang ditanya tentang toleransi mereka terhadap satwa liar. Untuk memetakan risiko, penelitian tersebut mengandalkan catatan selama 13 tahun tentang pertemuan manusia dengan harimau untuk menghasilkan profil geografis.

Dilihat dari profil geografis, peneliti mengungkapkan terdapat tiga tempat yang memiliki risiko sangat tinggi untuk berhadapan dengan harimau. Sedangkan dari kuisioner yang diberikan kepada warga, peneliti mengungkapkan bahwa toleransi orang-orang terhadap harimau terkait dengan sikap, emosi, norma, dan keyakinan spiritual yang mendasarinya.

Dengan menggabungkan kedua informasi tersebut, peneliti mampu menyoroti desa-desa yang berisiko tinggi.

Teknik yang digunakan dalam penelitian tersebut juga sangat signifikan untuk membuka kemungkinan baru sebagai tindakan yang lebih memiliki target. Jadi, penelitian tersebut tidak hanya akan meningkatkan efisiensi, tetapi juga dapat memastikan bahwa lebih sedikit orang dan harimau yang menjadi korban akibat interaksi mereka.

Baca Juga: Manfaat Tersembunyi Kulit Nanas yang Membuat Para Peneliti Terkejut

Menurut peneliti, jika saja informasi yang ditemukan tersebut telah tersedia sejak lama, maka diprediksi dapat mencegah hingga 51% serangan harimau terhadap ternak dan manusia, dan berpotensi menyelamatkan 15 harimau.

"Memahami toleransi adalah kunci untuk mengelola spesies berbahaya dan sangat mendesak bagi harimau. Ketika dikombinasikan dengan peta risiko perjumpaan, informasi tentang toleransi masyarakat terhadap satwa membantu kami mengarahkan sumber daya konservasi ke tempat yang paling dibutuhkan. Ini bisa berarti penghematan biaya yang signifikan dalam hal hilangnya hewan atau dana yang dibelanjakan, jadi bisa sangat berguna dalam konservasi," kata Dr. Struebig.